Lebih Baik Tarawih 8 Rakaat Berjamaah atau 20 Rakaat Sendirian?

| Selasa, 13/04/2021 19:02 WIB
Lebih Baik Tarawih 8 Rakaat Berjamaah atau 20 Rakaat Sendirian? salat tarawih (sumber:nu.or.id)

RADARBANGSA.COM - Para Ulama Ahlisunnah wal Jamaah bersepakat jika jumlah rakaat salat tarawih sebanyak 20 rakaat. Hal ini berdasarkan para sahabat nabi pada zaman pemerintahan Sayyidina Umar bin al-Khathab. Meskipun para sahabat hanya mendirikan 8 rakaat ketika menjadi makmum Rasulullah SAW, kemudian menyempurnakannya kembali menjadi 20 rakaat di rumah masing-masing. Rasulullah SAW melaksanakan salat tarawih berjamaah sebanayk 8 rakaat karena khawatir membebani dan anggapan bahwa tarawih menjadi salat fardu, dan memberikan keringanan.

Syekh Sulaiman al-Bujairimi menjelaskan:

فإن قلت: أجمعوا على أن التراويح عشرون ركعة والوارد من فعله - صلى الله عليه وسلم - ثمان ركعات. قلت: أجيب بأنهم كانوا يتممون العشرين في بيوتهم بدليل أن الصحابة إذا انطلقوا إلى منازلهم يسمع لهم أزيز كأزيز الدبابير، وإنما اقتصر - صلى الله عليه وسلم - على الثمان في صلاته بهم ولم يصل بهم العشرين تخفيفا عليهم اهـ اج.

“Bila kamu bertanya, para sahabat bersepakat bahwa tarawih adalah 20 rakaat, sementara yang datang dari perilaku Nabi adalah delapan rakaat?. Aku berkata, jawabannya adalah bahwa para sahabat menyempurnakan 20 rakaat di rumahnya dengan bukti mereka ketika berangkat menuju kediamannya, didengar dari mereka suara bergemuruh layaknya serangga-serangga (karena suara shalat mereka). Nabi hanya meringkas delapan rakaat saat salat bersama sahabat, tidak salat sebanyak 20 rakaat, karena memberi keringanan untuk mereka,” (Syekh Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib, juz 1, hal. 421).

Sedangkan, kalangan yang berpendapat bahwa tarawih hanya dilaksanakan sebanyak delapan rakaat menyandarkan pada hadis berikut:

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ -رضي الله عنها-: كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فِي رَمَضَانَ؟ قَالَتْ: مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً: يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ تَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ قَالَ: تَنَامُ عَيْنِي وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Salamah, ia pernah bertanya kepada Aisyah: “Bagaimana salat Nabi Muhammad di bulan Ramadan?”

Aisyah menjawab,“Beliau tak menambah pada bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat: salat empat rakaat, yang betapa bagus dan lama, lantas salat empat rakaat, kemudian tiga rakaat. Aku pun pernah bertanya: Wahai Rasulullah SAW, apakah engkau tidur sebelum menunaikan salat witir? Beliau menjawab: “mataku tidur, tapi hatiku tidak.”

Hadis yang menjadi dasar tersebut, hanya saja banyak ulama yang menilai bahwa hadis tersebut berkaitan dengan jumlah rakaat dan tata cara witir, bukanlah tarawih. Sedangkan para ulama yang memilih pendapat 20 rakaat, memilih berdasarkan sisi keutamaannya, disandarkan pada perbuatan sahabat di masa Umar bin Khattab dan tidak dikomentari oleh sahabat lain. Sebenarnya pemilihan dan pelaksanaan banyaknya rakaat salat tarawih, bukanlah sebuah masalah.

Pelaksanaan salat tarawih berjamaah adalah dihukumi sunah, sehingga memiliki nilai yang lebih jika dilaksanakan secara berjamaah. Mengenai jumlah pelaksanaannya bisa di sempurnakan menjadi 20 rakaat di rumah masing-masing dan pelaksanaan salat witir tetap setelah tarawih selesai 20 rakaat.

Tags : Tarawih , Berjamaah , rakaat

Berita Terkait