Bersuci Bukan Sekedar Menghilangkan Kotoran

| Kamis, 07/10/2021 18:47 WIB
Bersuci Bukan Sekedar Menghilangkan Kotoran Sunah Berwudu, Istinsyaq (foto:wikihow)

RADARBANGSA.COM - Memahami mengenai bersuci adalah syarat penting dalam Islam, bahkan dalam sejumlah kitab kuning yang membahas mengenai hukum Islam atau Fikih diawali dengan bab thaharah (bersuci). Hal tersebut membawa pesan mengenai pentingnya membersihkan diri.

Mengutip NU Online, Imam al-Ghazali dalam kitab Mukhtashar Ihyâ’ halaman 25 (Dar Al-Kutub Islamiyah) menukil beberapa hadis dan ayat Alquran yang bersinggungan dengan bersuci. Di antaranya adalah sabda Rasulullah SAW:

اَلْوُضُوْءُ شَطْرُ الْإِيْمَانِ (رواه ابن أبي شيبة. ضعيف)

Artinya, “Wudu adalah sebagian dari iman.” (HR. Ibnu Abi Syaibah). (Jalaluddin as-Suyuthi, Jâmi’us Shaghîr, juz II, halaman, 385).

Wudu yang dimaksudkan pada hadis di atas mengenai membersihkan diri ketika hendak melaksanakan salat, hadis lain juga menyebutkan:

بُنِيَ الدِّيْنُ عَلَى النَّظَافَةِ. (قال العراقي في تخريج أحاديث الإحياء: لم أجده)

Artinya: “Agama dibangun di atas kebersihan.” (Al-‘Iraqi berkata dalam Takhrîju Ahâdîtsil Ihyâ’: “Aku tidak menemukannya.”). (Al-‘Ajluni, Kasyful Khafâ’, juz I, halaman 228).

Allah SWT juga berfirman:  

فِيْهِ رِجَالٌ يُحِبُّوْنَ اَنْ يَتَطَهَّرُوْا

Artinya: “Allah mencintai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS at-Taubah: 108) Dari dalil-dalil di atas kita bisa mengetahui pentingnya kebersihan. 

Lebih lanjut Imam al-Ghazali membagi tingkatan bersuci dalam empat (4) tingkatan:

1.  Menyucikan anggota tubuh bagian luar dari hadats dan najis. Artinya kita membersihkan fisik atau tubuh kita dari sesuatu yang menghalangi keabasahan salat, baik dari hadas besar ataupun hadas kecil; baik tempat, pakaian, ataupun perlengkapan yang digunakan untuk salat.

2. Menyucikan fisik dari perilaku jahat, buruk atau perbuatan dosa. Memang, tingkatan kedua ini muncul dari dorongan hati, namun pekerjaanya dilakukan oleh fisik itu sendiri, seperti mencuri, berzina dan lain-lain.

3. Membersihkan hati dari akhlak buruk. Artinya perbuatan tercela yang ada di dalam hati, yang tidak tampak oleh mata, seperti iri, dengki, dan berburuk sangka.

4. Lebih dalam lagi, yakni membersihkan hati dari selain Allah. Tingkatan keempat ini adalah tingkatan bersuci para nabi dan shâdiqîn.

Masing-masing tingkatan bersuci mengandung dua hal, yaitu takhliyah dan tahliyah. Takhliyah dengan menggunakan huruf khâ’ bermakna mengosongkan atau membersihkan; sedangkan tahliyah menggunakan huruf ha’ bermakna menghiasi. Sehingga, selain harus membersihkan diri dari sifat-sifat buruk, orang yang bersuci juga diharuskan untuk menghiasi diri dengan perbuatan terpuji. Selain membersihkan jiwa dari dosa, juga harus menghiasi diri kita dengan ketaatan.

Karena itu, hendaknya kita tidak menyangka bahwa yang dimaksud dengan kebersihan hanya kebersihan secara lahiriah saja. Serta jangan pula menyangka bahwa melalui empat (4) tingkatan bersuci dapat dilakukan dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Bahkan seandainya umur kita panjang, paling kita hanya mencapai sebagaian dari empat (4) tingkatan bersuci menurut Imam al-Ghazali tersebut.

Tags : Imam al-Ghazali , Bersuci

Berita Terkait