Manaqib KH. Bisri Syansuri: Pembelajar Ulet dan Dekat dengan KH. Hasyim Asy’ari

| Selasa, 25/02/2020 07:53 WIB
Manaqib KH. Bisri Syansuri: Pembelajar Ulet dan Dekat dengan KH. Hasyim Asy’ari Ponpes Mambaul Maarif Denanyar, Jombang menggelar Haul KH Bisri Syansuri dan Harlah PP Mambaul Maarif, Denayar, Jombang, Senin (24/2). (Foto: radarbangsacom)

JOMBANG, RADARBANGSA.COM - Sosok KH Bisri Syansuri tidak dapat dipisahkan dari gerak nadi Nahdlatul Ulama. Demikian pula kiprah dan pemikirannya turut menentukan perjalanan negeri ini. Karena itu, keberadaannya tidak semata menjadi milik Pesantren Denanyar, juga NU dan bangsa Indonesia.

Demikian benang merah yang dapat dipetik dari manaqib atau biografi KH Bisri Syansuri karya Faris Elnizar yang dibacakan KH. Abdul Muid Shohib pada puncak haul di Pondok Pesantren Mamba`ul Ma`arif Denanyar Jombang, Senin, 24 Februari 2020 malam.

Menurut Kiai Muid, kelebihan dari pribadi Kiai Bisri adalah ketegasan dalam bersikap, namun juga lentur dengan dinamika yang terjadi. Kiai Bisri juga ulama yang ulet dalam menimba ilmu.

“Bisri Syansuri muda adalah pembelajar yang ulet dan tekun. Sebagaimana tradisi ulama terdahulu, Kiai Bisri muda adalah pengembara ilmu,” tutur Kiai Muid.

Kiai Bisri tercatat pernah berguru ke banyak ulama, baik di Indonesia maupun di tanah Haramain. Dalam biografi itu, Kiai Bisri pernah berguru ke Kiai Abdus Shomad, Kiai Siroj, Kiai Abdullah Salam, Kajen, Pati, Kiai Cholil Bangkalan, hingga Kiai Hasyim Asy’ari, Jombang.

“Kiai Bisri muda punya kedekatan khusus dengan Kiai Hasyim Asy’ari. Di bawah asuhan Kiai Hasyim inilah, Kiai Bisri mencapai puncak kematangan keilmuan,” ungkap Kiai Muid.

Pengembaraan Kiai Bisri berlanjut pada tahun 1913 ke tanah Haramain. Saat itu Kiai Bisri muda berguru kepada Syeikh Muhammad Baqir, Syeikh Muhammad Said Yamani, Syeikh Ibrahim Yamani, Syeikh Jamal al Maliki, Syeikh Chotib al Minahkabawi, dan Syeikh Machfud at-Tarmasi dari Termas, Pacitan.

“Kiai Bisri muda berguru dari satu Kiai ke Kiai yang lain. Berpindah dari satu Pesantren ke Pesantren yang lain. Beliau tumbuh dan berkembang langsung di bawah pengawasan ayahanda, Kiai Syansuri,” ujar Kiai Muid.

Kiai Bisri juga dikenal sebagai sosok yang aktif di dunia politik. Dalam catatan biografi tersebut, Kiai Bisri sangat menjunjung kepentingan umat dan memperjuangkan umat karena terpilih sebagai anggota DPR dari suara rakyat.

Ketegasannya sangat terlihat manakala dikeluarkan Dekrit Presiden tahun 1959 yang membubarkan DPR dan MPR yang menggantikan dengan DPRS dan MPRS. “Peristiwa ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, termasuk NU," kata dzurriyah Kiai Bisri ini.

Haul Kiai Bisri ke 41 yang dirangkai dengan Haul Nyai Munjidah ke 71 serta Harlah PP. Mambaul Ma`arif Denanyar ke 105 ini dihadiri oleh ribuan santri serta sejumlah ulama dan tokoh nasional.

Nampak hadir Rois Aam PBNU, KH. Miftahul Achyar, Wakil Ketua DPR RI sekaligus Ketua Umum DPP PKB, Abdul Muhaimin Iskandar, Menteri Desa PDTT, Abdul Halim Iskandar, Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, KH. Bahaudin Abdussalam, dan sejumlah tokoh lainnya.

 

 

Tags : Haul Mbah Bisri , NU , Jombang , Denanyar

Berita Terkait