Yarsi Gelar Webinar Pergeseran Epidemic HIV/AIDS

| Selasa, 18/08/2020 23:26 WIB
Yarsi Gelar Webinar Pergeseran Epidemic HIV/AIDS Webinar Universitas Yarsi tentang pencegahan HIV/AIDS. (Foto: istimewa)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Didasari terjadinya pergeseran epidemic HIV/AIDS yang 10 tahun didominasi oleh sub populasi masyarakat yang berisiko tinggi tertular HIV, yaitu pekerja seks, laki-laki seks laki-laki, waria, pengguna narkoba suntik, ibu rumah tangga dan pelanggan pekerja seks, Universitas Yarsi menggelar webinar bertajuk "Strategi Pelibatan Laki-laki Dalam Pencegahan HIV/AIDS Di Tempat Kerja Pada Masa Pandemi COVID-19". Menginisiasi ide kreatif dan inovatif, Webinar ini dilakukan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat dengan dukungan dan hibah internal Universitas Yarsi.

Webinar dibuka oleh Rektor Universitas YARSI Prof dr H Fasli Jalal, Ph.D ini dihadiri pemateri dr. Muzakir MKM , Kepala Seksi Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kemudian dr. Wiendra Waworuntu MKM, Direktur P2ML Kementerian Kesehatan, Early Dewi Nuriana SPsi, Psikolog dari International labour Organization, dr Istiati S dari Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja/DK3N, dan dr Maya Trisiswati MKM, dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Yarsi sekaligus sebagai penggiat HIV/AIDS.

Webinar ini sangat diminati karena dari target 300 peserta, tercatat yang mengikuti sebanyak 1021 orang, baik melalui aplikasi zoom maupun live streaming di Youtube TV YARSI.  Partisipan juga sangat heterogen mulai dari masyarakat awam, penggiat/LSM, mahasiswa, dosen, hingga guru besar dan perwakilan perusahaan, serikat pekerja/ buruh serta tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat dari seluruh Indonesia.

Dr Muzakir yang merupakan alumni FK YARSI, menyampaikan bahwa pekerja menghadapi risiko atau kerentanan terhadap HIV/AIDS karena pekerja berada dalam usia reproduktif aktif, banyaknya pekerja migran, adanya fenomena 3 M (Man, Mobile dan Money), pesatnya perkembangan industri hiburan dan minimnya sosialisasi HIV/AIDS.

"Fakta ini diperkuat dengan data yang menyatakan orang yang terinfeksi HIV/AIDS 85,7 persen merupakan usia 20-49 tahun," katanya.

Early menyoroti situasi Pandemi COVID-19 menyebabkan program HIV/AIDS di tempat kerja terhenti, tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global, rekomendasi mengintegrasi program COVID-19 dan HIV/AIDS perlu segera dilakukan dengan tetap mengedepankan kebijakan yang mencegah stigma dan diskriminasi.

Sementara dr Isti menyampaikan, sesuai dengan perannya DK3N siap bekerjasama kepada pihak-pihak terkait untuk memberikan saran dan pertimbangan mengenai kebijakan K3 nasional dalam pencegahan HIV/AIDS.

Dr Wiendra menyatakan Kementerian Kesehatan menerapkan strategi STOP (Suluh,Temukan,Obati dan Pertahankan) di tempat kerja dan mengoptimalkan fasilitas layanan kesehatan untuk melayani HIV/AIDS.

dr Maya, mengangkat isu bagaimana mencari ide-ide kreatif dan inovatif diperlukan agar program HIV di tempat kerja mencapai tujuannya. Dr maya menyoroti tentang situasi terkini program HIV/AIDS di tempat kerja yang membutuhkan kebijakan yang up to date , untuk itu membutuhkan perubahan, kemudian diperlukannya strategi dan pedomannasional yang fleksible sesuai karakteristik perusahaan.

Disamping itu disampaikan pula bahwa diperlukannya pemetaan untuk menentukan perusahaan prioritas dan perusahaan belum prioritas, dengan tetap mewajibkan adanya edukasi kepada semua pekerja. Evaluasi Modul pelatihan yang menyenangkan dengan berbasis data, praktek dan kasus masalah lapangan juga menjadi perhatiannya.

Diakhir paparan dr Maya menyampaikan peran dan tanggungjawab para stakeholder terkait, serta perlunya pendekatan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Akademisi harus ambil bagian berkontribusi, dan YARSI HIV/AIDS Care dapat menjadi pelopor bagi Akdemisi/Perguruan Tinggi yang concern terhadap pencegahan HIV/AIDS di tempat kerja dengan memperhatikan pelibatan laki-laki.

Tags : Universitas YARSI , HIV/AIDS , Webinar , COVID-19 , Kesehatan

Berita Terkait