Festival Tumpeng Sewu Kembali Digelar, Ribuan Wisatawan Penuhi Desa Kemiren Banyuwangi

| Jum'at, 30/05/2025 21:05 WIB
Festival Tumpeng Sewu Kembali Digelar, Ribuan Wisatawan Penuhi Desa Kemiren Banyuwangi Momen masyarakat makan bersama di Festival Tumpeng Seru di Kecamatan Glagah, Banyuwangi. (Foto: IG @landofosing.Banyuwangi)

RADARBANGSA.COM - Jalan utama Desa Adat Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi dipenuhi oleh ribuan warga dan wisatawan dalam rangka perayaan tradisi Tumpeng Sewu, Kamis malam (29/5). Tradisi budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Suku Using ini menjadi ajang syukur, doa keselamatan, dan wujud pelestarian warisan leluhur yang kini juga menjadi salah satu magnet wisata budaya kelas dunia.

Jalan desa ditutup sejak pukul 17.00 WIB. Ribuan nasi tumpeng berbentuk kerucut tersusun rapi di atas tikar, dilengkapi dengan lauk khas Osing seperti pecel pitik, lalapan, dan sambal. Menu pecel pitik adalah menu wajib dalam tradisi adat ini, terbuat dari ayam kampung panggang berbumbu kelapa parut dan rempah tradisional.

"Biasanya satu keluarga bisa membuat tiga hingga lima tumpeng, karena kami mengundang kerabat dari luar desa," kata Mastuki, warga Desa Kemiren.

Tradisi dimulai setelah salat Magrib dengan disertai kirab Barong Kemiren. Dua barong diarak dari arah yang berlawanan menuju Balai Desa Kemiren, diiringi musik khas dan obor yang menyala satu per satu, menciptakan suasana epic. Prosesi ini disusul dengan doa bersama, lalu makan tumpeng secara serentak.

Ketua Lembaga Adat Osing Kemiren, Suhaimi, menjelaskan bahwa Tumpeng Sewu bukan sekadar ritual tahunan. 

“Ini cara kami berdoa, bersyukur, dan menjaga warisan leluhur tetap hidup,” ungkapnya. 

Ia menambahkan, rangkaian tradisi juga mencakup mepe kasur, ritual menjemur kasur sebagai tolak bala dan mocoan Lontar Yusup yang digelar semalam suntuk (membaca naskah kuno tentang kisah Nabi Yusuf).

Kehadiran wisatawan mancanegara turut menyemarakkan perayaan. Mereka tak sekadar menyaksikan, tapi ikut duduk lesehan bersama warga, menyantap tumpeng dalam suasana akrab.

“Saya benar-benar terpukau. Rasanya seperti menjadi bagian dari keluarga besar,” ujar Shandah, wisatawan asal Italia.

Hal senada disampaikan Ayesha dari Belanda.

“Kehangatan yang saya rasakan di sini sungguh luar biasa. Saya merasa sangat beruntung bisa menyelami budaya yang begitu kaya,” ujarnya.

Tradisi Tumpeng Sewu kini bukan hanya menjadi kebanggaan warga Desa Kemiren, tetapi juga simbol kekuatan budaya lokal sebagai jembatan persaudaraan global.

“Bagi kami, yang paling membahagiakan bukan banyaknya kamera yang merekam, tapi senyum para tamu yang menikmati setiap suapan tumpeng,” ujar Mastuki dengan antusias.

Tags : Festival Tumpeng Sewu , Makan Bersama , Banyuwangi

Berita Terkait