Hafalkan Alfiyah Selama Setahun, Dwi Ambarsari Juarai MKK

| Kamis, 27/07/2017 15:31 WIB
Hafalkan Alfiyah Selama Setahun, Dwi Ambarsari Juarai MKK
RADARBANGSA.COM - Dwi Ambarsari, seorang perempuan yang lahir di Grobogan, 16 Agustus 1996 ini tiba-tiba mengundang decak kagum ribuan hadirin dalam puncak peringatan Harlah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke 19 di Senayan, Jakarta yang digelar pada Sabtu 22 Juli 2017. Kekaguman mereka kepada Ambar tak lain lantaran gadis yang baru duduk di kelas 2 Wustho (setara SMP) di Ponpes Fadlul Wahid, Grobogan ini menyabet Juara 1 Musabaqoh Kitab Kuning (MKK) tingkat Nasional kategori Alfiyah yang digelar oleh DKN Garda bangsa, salah satu organisasi sayap PKB. Atas raihan prestasi tersebut, DKN Garda Bangsa mengganjarnya dengan hadiah utama Umroh dan uang pendidikan senilai Rp 10 juta. Dalam sebuah wawancara dengan radarbangsa.com, Ambar menceritakan awal mula kecintaannya kepada kitab karya Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah ibnu Malik al-Thay itu. Menurutnya, tradisi intelektual di Ponpes tempat dia belajar adalah faktor utama yang memantik semangat Ambar mempelajari Alfiyah. “Di pondok saya ada aturan khusus, yaitu tiap santri wajib menghafal Alfiyah selama setahun,” kata Ambar, Kamis 27 Juli 2017. Ambar yang dilahirkan dari keluarga petani ini menuturkan, kewajiban tiap santri menghafal Alfiyah secara apik ia jalani selama setahun. Selain menghafal nadhom, para santri juga diwajibkan mampu memaknai dan memahami maksud dari 1000 kandungan bait dalam kitab Alfiyah itu. Program tersebut selanjutnya berubah menjadi sebuah tradisi yang seolah mendarah daging bagi tiap santri, termasuk Ambar. Nyaris setiap waktu, hiruk pikuk pesantren diramaikan dengan pembacaan Alfiyah dengan berbagai intonasi dan lagu dari masing-masing santri. Selain Alfiyah, lanjut Ambar, Ponpes Fadlul Wahid juga mewajibkan tiap santri baru menghafal matan kitab Safinatun Naja selama 40 hari pertama (terhitung sejak dia masuk pesantren), baik secara makna dan juga murod. Bagi Ambar, kewajiban semacam itu justru sangat digandrungi kaum santri yang tak lain adalah calon penerus ulama masa depan. “Kalau sudah kelas 1 Aliyah, santri disini wajib menghafal kitab al-Yaqutun Nafis (kitab karya Sayyid Ahmad bin Umar Asy-Syathiri Al-Alawi Al-Husaini At-Tarimi),” imbuh Ambar. Oleh karena itu, melalui media MKK, Ambar mengaku bangga dapat menyuguhkan yang terbaik buat almamaternya. Selain sebagai media silaturrahim, MKK dinilainya juga menjadi penambah semangat bagi dirinya untuk meningkatkan prestasi di masa yang akan datang. “Seneng banget (mengikuti MKK), bisa nambah semangat, dan saya bisa tahu kemampuan dari teman-teman yang dari seluruh Indonesia itu,” tukas Ambar. Untuk diketahui, Ponpes Fadlul Wahid adalah sebuah pesantren yang menerapkan metode memahami kitab secara cepat dan cerdas, mempelajari dan menghafal kitab selama 40 hari bagi tingkatan dasar. Kemudian disusul program 100 hari. Target program ini, santri dituntut untuk dapat memaknai (makna gandul, jawa) serta memahami maksud dari kitab Aby Syuja'. Membaca kitab kotongan/tanpa makna, dengan sistem belajar saat pagi, lalu menyetorkan hasil hafalan pada saat sore, dan musyawaroh bersama didampingi asatidz dimalam hari, menjadi rutinitas setiap hari di Ponpes ini. Selain Alfiyah dan Safinah, Ponpes ini juga mengembangkan pembelajaran kitab Hadis, Falak, Faroidl, Arudh di setiap masa liburan, yaitu setiap bulan Robi'ul Awwal dan Ramadan, bagi santri aktif maupun yang berasal dari luar pondok pesantren. Bahkan dalam ilmu Falak, mengalami kemajuan yang luar biasa terbukti dengan dikirimkannya guru-guru falak dari pesantren lain, dari Jawa Tengah dan Jawa Timur juga Madura untuk belajar falak tiap bulan Ramadhan. Seluruh kebijakan Ponpes tersebut menjadikan tiap santri yang lulus dengan mudah mengakses dunia pendidikan diluar pondok. Tak jarang alumni Ponpes Fadhlul Wahid lulus di Mesir, Yaman, serta Negara TImur Tengah lainnya. AZ
Tags :