Test the Water Jokowi, Cak Imin Leading Dibanding Lainnya

| Senin, 12/02/2018 15:24 WIB
Test the Water Jokowi, Cak Imin Leading Dibanding Lainnya Foto konfrontasicom

RADARBANGSA.COM - Presiden RI Joko Widodo dinilai sedang melakukan uji kelayakan kepada sejumlah tokoh potensial jelang perhelatan Pemilu 2019 mendatang. Teranyar, Jokowi mengajak Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy saat meresmikan Stadion Tennis Indoor Senayan beberapa waktu lalu.

Keduanya juga diketahui bersama-sama menghadiri haul masyayikh di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, 3 Februari yang lalu.

Sebelumnya, Jokowi juga test the water terhadap Panglima Santri Nusantara, A Muhaimin Iskandar atau Cak Imin ketika meresmikan kereta Bandara Sukarno Hatta di Tangerang Banten.

Nah, dari analisis seorang pengamat, Romi disebut menang satu langkah dibanding Cak Imin. Sebab kegiatannya lebih strategis, di basis NU dan termasuk Pondok Pesantren tua di Jatim yang sudah melahirkan ratusan ribu santri.

Sedangkan, Cak Imin yang digelari Panglima Santri justru hanya di ajak meresmikan kereta bandara. Cara berpakaian Jokowi dan Romi yang kompak dengan memakai sarung dan peci pun katanya seakan menohok Cak Imin.

Benarkah demikian? Tentu khalayak bisa memberi analisis beragam terhadap perang bintang itu. Namun dalam hal ini penulis ingin lebih konkret mengkaji siapa sebenarnya sosok yang layak dan pantas maju di Pilpres 2019 mendatang.

Pertama, perlu digaris bawahi bahwa Cak Imin adalah sosok yang memiliki elektabilitas tertinggi versi Lembaga Survey Indonesia (LSI). Survei dilakukan pada 20-31 Desember 2017 itu menyebut Cak Imin unggul sangat jauh dibandingkan kandidat lain dengan 14,9 persen.

Untuk diketahui, ada lima tokoh muda islami yang terpotret potensial menjadi cawapres pada Pilpres 2019 mendatang. Selain Cak Imin dan Romi, ada juga Presiden PKS Shohibul Iman, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas), dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang.

Yang menjadi pesaing terberat Cak Imin dalam survei itu justru bukan Romi, tapi Zulhas yang dipilih sebanyak 3,8 persen responden, Tuan Guru Bajang dengan 2,2 persen, disusul Sohibul 1,9 persen. Sementara Romi hanya memperoleh dukungan sebanyak 1,1 persen.

Tentang LSI, lembaga survei ini dikenal akurat meramal berbagai prediksi terutama terkait sosok yang bakal maju dalam kontestasi Pemilu maupun Pilkada.

Kedua, gelar Panglima Santri yang disandang Cak Imin bukan gelar main-main. Gelar itu didaulat oleh puluhan ribu santri di Alun-Alun Jember beberapa waktu lalu, lalu dikukuhkan oleh puluhan Ulama dan Kiai Khas Jawa Timur di Pasuruan.

Apa sebenarnya makna gelar ini? Para ulama dan santri tentu tidak asal jiplak menyematkan gelar itu kepada Cak Imin. Satu hal yang paling fenomenal dan rasional adalah Cak Imin betul-betul berjasa atas ditetapkannya Hari Santri Nasional oleh Pemerintah 2015 yang lalu.

Cak Imin juga getol membela Madrasah Diniyah eksis ditengah ragam upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengebirinya dengan Full Day School (atau sekolah lima hari, delapan jam perhari). Serta sejumlah langkah konkrit lainnya hingga membuat ulama dan kiai khas Jawa Timur tak canggung mengukuhkannya sebagai Panglima Santri.

Ketiga, Cak Imin jauh lebih berpengalaman dibanding Romi. Kendati sama-sama aktivis, Cak Imin jauh mengungguli Romi dalam konteks professional, legislatif, hingga eksekutif.

Penulis tak mau berpanjang lebar, satu hal yang membedakan pengalaman Cak Imin dan Romi adalah ketika Cak Imin pernah menduduki jabatan sebagai Menteri Tenaga Kerja di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Keempat, ini yang teranyar, yaitu ketika kiai, pengasuh pondok pesantren, para gus, aktivis Nahdlatul Ulama dan para santri dari berbagai daerah di Jawa Timur yang tergabung dalam Forum Nahdliyin Bersatu menyatakan dukungannya kepada Cak Imin untuk menjadi Wakil Presiden.

Berikut isi deklarasi yang dibacakan bersama di halaman Pondok Pesantren Al-Khozini Buduran Sidoarjo, Sabtu lalu.

1. Meminta dengan sangat bahkan memaksa agar Cak Imin bersedia menyiapkan diri menjadi Presiden atau Wakil Presiden pada Pemilu 2019.

2. Berikhtiar lahir batin guna mewujudkan keinginan dan tekat menghantarkan H Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menjadi Presiden atau Wakil Presiden pada Pemilu 2019.

3. Melakukan upaya untuk menyatukan persepsi dan merapatkan barisan elemen Nahdlatul Ulama demi mewujudkan keinginan dan kerinduan terhadap pemimpin yang mampu memperjuangkan kesejahteraan sosial yang berlandaskan cita-cita Nahdlatul Ulama yaitu H Abdul Muhaimin Iskandar.

Terlepas dari seluruh analisis di atas, menurut penulis kurang tepat jika menyebut Romi lebih unggul dibanding Cak Imin ketika keduanya diajak Jokowi dalam sejumlah kegiatan.

Publik tidak bisa dimanipulasi hanya dengan asumsi sederhana yang justru tidak memiliki dasar. Biarkan semua mengalir apa adanya, biarkan masyarakat terutama kaum santri memberi penilaian terhadap kedua tokoh ini.

 

BAMBANG SUSANTO
Wakil Bendahara Umum DPP PKB

Tags : Cak Imin , Romi , PKB , PPP

Berita Terkait