Lomba Cerpen Santri 2018

Retorika Kehidupan Santri

| Rabu, 07/11/2018 16:45 WIB
Retorika Kehidupan Santri Dok Radarbangsa

Oleh: M Syaiful Arif

RADARBANGSA.COM - Belaian lembut angin pagi hari yang diiringi dengan nyanyian jangkrik dan senyuman hangat dari sang mentari, membuat sempurna suasana pesantren untuk bersantai dan mengendurkan syaraf-syaraf otak yang kencang dengan memuroja’ah bait-bait nadzom Alfiyah yang telah kukhatamkan beberapa tahun yang lalu.

Namaku Ali, seorang santri asal Jawa Timur yang telah mondok di Sarang selama 11 tahun.

“Li, ini gimana jalan keluarnya?.” Suara seorang santri dengan nada agak panik yang sejak tadi mondar-mandir tak jauh di depanku. Merusak kerajaan ekspetasiku yang sejak tadi kubangun dengan hati-hati.

“Tinggal keluar dari pintu, apa susahnya?.” Jawabku ngelantur tak serius menanggapi pembicaraan.

Ya Allah… aku kan nanyanya beneran, kok malah dijawab maen-maen.” jawabnya dengan ekspresi agak marah.

“Oke-oke.” Aku mulai membenarkan posisi dudukku yang semula tidur-tidur santai.

“Tapi, bukannya ini yang kamu mau? Sampai-sampai ente ngelakuin segala cara untuk bisa keluar dari pondok?.”

“Itukan dulu, sekarang beda ceritanya.” sejenak dia berhenti lalu kemudian modar-mandir kembali.

Temanku yang dari tadi mondar-mandir kebingungan ini namanya Udin. Seorang santri asal kota metropolitan yang sudah lama menjadi sahabatku di pondok sarang. Aku masih ingat jelas saat pertama kami kenal. Kejadian itu sudah sangat lama sekitar 10 tahun yang lalu. Saat kami dita’zir bersama didepan kantor keamanan karena melanggar peraturan pondok.

“Ssstt… sstt… Santri baru, namamu siapa?.” Tanyaku sambil mengulurkan tangan kearah Udin yang jaraknya hanya sekitar 1 meter dari tempatku berada.

“Namaku M. Udin A’wani dari Jakarta.”jawabnya dengan menjabat tanganku.

“Aku Ali, selamat datang dipenjara suci yang megah nan mewah.”

Di situ kami saling bertukar cerita sangat banyak. Mulai dari cerita asmara, cita-cita, keluarga, bola, alasan mondok dan... entahlah, telalu banyak yang kami bicarakan sampai lupa bahwa kami sedang dita’zir.

Banyak cerita menarik yang ia sampaikan, terutama mengenai cita-citanya dan alasan dia mondok. Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait