Lomba Cerpen Santri 2018
Rembulan Pesantren

Oleh: Rina Anggraini
RADARBANGSA.COM - “PLAKK…..”Suara beberapa potongan rotan mengenai ke dua telapak tangan Syela.
“Lain kali, jangan kalian ulangi lagi perbuatan ini. ”Bentak seorang perempuan yang kami panggil dengan sebutan “umi”
Syela, Zahra, Aisyah dan Andin hanya bias menganguk pelan mengiyakan perkataan umi
“Jika sekali lagi kalian telat melakukan sholat berjamaah maka hukuman kalian 3x lipat..”Celoteh umi yg masih menggenggam 1 ikat rotan.
“Semoga saja hukumanya berjalan-jalan menuju asrama putra “Gumam Syela pada Zahra dengan senyum manis khasnya .
“Jangan berbicara seperti itu“ Tepis Zahra
“ya ..sudah aku selalu salah jika di depan mu!!” Ujar syela
“Baiklah,sekarang kalian kembali ke kamar .”Ujar umi yg langsung beranjak pergi meninggalkan kami. Selepas kepergian umi, kami pun kembali ke kamar, tapi keanehan muncul ketika kami menanyakan sesuatu pada diri Aisyah dengan ragu kami pun mendekati Aisyah
“Kamu kenapa Aisyah?”Ujar andin dengan muka penuh tanda tanya.Aisyah hanya menjawab dengan gelengan pertanda dirinya sedang baik-baik saja
“Ayolah cerita !!kita kan sahabatmu di pesantren ini “Bujuk Zahra pada Aisyah .
Aisyah pun mengulurkan tangan dan membuka genggaman,nya dengan sontak mereka pun tak percaya
“Tangan mu kenapa Aisyah ?”Ucap Zahra dgn nada khawatir.
“Tanganku luka karna pukulan rotan dari umi “Ucap Aisyah polos.
Zahra yang mendengar hal itu langsung bergegas mengambil obat merah dan mengobati luka pada tangan Aisyah. Wajar saja Aisyah sungkan memberi tahu kami ya! walau dia adalah teman lama kami tapi dia adalah gadis yg berbeda dari kami dia gadis yg tertutup dan anak dari pemimpin pondok pesantren. Mungkin, itu yg membut dia menjadi gadis tertutup.
Baca selengkapnya di sini
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
2.500 Perempuan Ikut Pelatihan Paralegal, Muslimat NU Raih Rekor MURI
-
Balik Kampung, Gubri Komit Bangun Inhil Sebagai Amanah Putra Daerah
-
Timnas Voli Putri Indonesia Amankan Peringkat Lima AVC Nations Cup
-
Tambang AMNT Belum Setor Dana Bagi Hasil, Pemprov NTB Desak Pembayaran Bertahap
-
Nihayatul Wafiroh Tegaskan Pemerkosaan Mei 1998 Tragedi Kemanusiaan Nyata