Adaptasi, Ikhtiar Lawan COVID-19

| Jum'at, 05/06/2020 19:35 WIB
Adaptasi, Ikhtiar Lawan COVID-19 Anggia Ermarini.

*Oleh: Anggia Erma Rini

RADARBANGSA.COM - Dunia hari ini mau tidak mau harus beradaptasi dengan pandemi Covid-19. Berbulan-bulan kita mengurung diri di rumah sebagai ikhtiar perlawanan terhadap Covid-19. Ikhtiar selanjutnya adalah beradaptasi dengan virus ini karena para ahli telah menyatakan Covid-19 sangat mungkin berada di antara manusia dalam waktu yang lama.

Adaptasi yang dimaksud tentu saja tetap dengan memperhatikan standar dan protokol kesehatan yang selama ini telah dilakukan. Namun, masyarakat sudah harus mulai bekerja dan berkegiatan kembali secara produktif, tidak lagi berdiam diri dan menyimpan ketakutan berlebihan terhadap paparan Covid-19.

Ada beberapa hal yang harus disadari dan diterima secara akal sehat:

Pertama, posisi Covid-19 seperti halnya virus lain yang juga harus diwaspadai karena mengancam kesehatan, seperti HIV, demam berdarah dengue, hepatitis, ebola, influenza, dll. Kadarnya berbeda namun sifat ancamannya sama dan akan selalu ada. Karena itu, sebagaimana beradaptasi dengan virus lainnya, dengan Covid-19 pun harus melakukan adaptasi yang sama.

Kedua, pasien meninggal Covid-19 pada umumnya disebabkan penyakit bawaan lain yang sudah kronis, seperti hipertensi, stroke, jantung, diabetes, dll. Artinya, Covid-19 bukan penyebab tunggal para penderitanya meninggal dunia.

Ketiga, penderita Covid-19 dapat sembuh dan disembuhkan. Menurut WHO, sebagian besar (sekitar 80 persen) orang dengan Covid-19 sembuh tanpa penanganan medis khusus. Secara statistik, rasio kesembuhannya masih jauh lebih tinggi dibanding rasio kematiannya.

Keempat, imunitas tubuh yang prima menjadi penangkal utama paparan Covid-19. Imunitas itu diperoleh dari asupan gizi yang cukup, ketenangan, kesabaran, tidak panik, tidak cemas, tidak takut berlebihan, dan hati yang riang gembira. Meminjam kaidah Ibnu Sina: ketenangan adalah separuh obat, kepanikan adalah separuh penyakit, dan kesabaran adalah langkah awal kesembuhan.

Adaptasi adalah jalan terbaik saat ini. Bukan menyerah. Bukan pasrah. Adaptasi adalah bagian dari ikhtiar bahwa Covid-19 sebagai musuh yang tidak nampak sejatinya dapat dihadapi dengan kebiasaan dan pola hidup bersih dan sehat serta menjaga imunitas tubuh.

Beradaptasi dengan corona berarti beradaptasi dengan pola hidup baru yang sehat dan penuh kedisiplinan. Kita semua dituntut beradaptasi dengan perubahan pola pada kehidupan bermasyarakat, pola kerja pada institusi, serta pola pelayanan baru yang terkait langsung dengan aspek-aspek yang berhubungan langsung dengan publik. Pola hidup baru itu seperti rajin cuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, tidak bepergian jika tidak urgen, tidak berkerumun, dan seterusnya.

Sikap adaptif terhadap wabah menunjukkan kemampuan menghadapi tantangan zaman, tanpa berlarut-larut tenggelam dalam ketidakpastian di segala sektor kehidupan: aktivitas ekonomi, ritual keagamaan, interaksi sosial, dan seterusnya.

Dengan cepat beradaptasi, kita akan semakin cepat menyelami makna dan hikmah besar kehadiran pandemi. Yakni, manusia menjadi ingat bahwa ada Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Manusia tersadarkan bahwa dirinya amat lemah dan tak berdaya.

Secara sosial, adanya wabah ini mengajarkan kita pentingnya tepo-seliro, tolong-menolong, dan saling membutuhkan. Tidak kalah penting, masyarakat diajarkan pentingnya menjaga kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Inilah pelajaran berharga agar mampu adaptif terhadap situasi saat ini.

*Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama/Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB

Tags : COVID-19 , Adaptasi , WHO , Virus

Berita Terkait