Ekspor Agustus 2021 Catat Angka Baru dalam Sejarah

RADARBANGSA.COM – Ekspor Indonesia di Bulan Agustus 2021 mencatatkan rekor di angka 21,42 Miliar Dolar AS. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), angka tersebut merupakan angka baru dalam sejarah ekspor Indonesia.

Sebelumnya, angka ekspor tertinggi adalah pada Bulan Agustus 2011 sebesar 18,6 miliar dolar AS.

"Ekspor kita bulan Agustus 2021 jauh lebih tinggi daripada tahun lalu maupun 2019," kata Margo dalam konferensi pers virtual, Rabu  15 September 2021.

Lebih rinci, ekspor selama Agustus 2021 terdiri atas ekspor migas senilai  1,07 miliar dolar AS dan ekspor non migas senilai 20,36 miliar dolar AS.

Adapun nilai ekspor naik 20,95 persen secara bulanan (month to month/mtm) dibanding Juli 2021.

Sementara dibanding Agustus  2020 nilai ekspor naik 64,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).

"Kinerja ekspor kita, baik secara total maupun khusus non migas lebih baik," tuturnya.

Dilihat dari sisi komoditas, batu bara menjadi salah satu komoditas yang mengalami kenaikan harga hingga 11,04 persen. Selain itu, minyak sawit juga naik 6,85 persen serta minyak  kernel naik 4,66 persen.

Namun kenaikan ekspor kali ini bukan hanya didorong peningkatan harga tetapi juga kenaikan volume ekspor.

"Harga internasional minyak sawit dan batu bara memang naik, tapi secara volume juga meningkat," kata Margo.

Capaian nilai ekspor tersebut juga merupakan yang tertinggi setelah rekor tertinggi terakhir pada Agustus 2011 silam yang sebesar 18,6 miliar dolar AS.

Lebih lanjut, khusus sektor nonmigas, ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan 340 juta dolar AS, naik 17,84 persen secara mtm atau turun tipis 0,42 persen secara yoy. Adapun ekspor industri pengolahan 16,37 persen, meningkat 20,67 persen mtm juga naik 52,62 persen yoy.

Sementara itu, ekspor pertambangan dan lainnya tercatat 3,64 miliar dolar AS, naik 27,23 persen mtm dan melonjak 162,89 persen yoy.

Pangsa pasar ekspor nonmigas terbesar yakni China sebesar 4,78 miliar dolar AS. Selanjutnya disusul Amerika Serikat 2,25 miliar dolar AS, serta India 1,72 miliar dolar AS