Setelah China dan Inggris, Kini Singapura Alami Krisis Energi

| Jum'at, 22/10/2021 18:05 WIB
Setelah China dan Inggris, Kini Singapura Alami Krisis Energi Singapura (foto:istimewa)

RADARBANGSA.COM – Setelah China, Inggris dan Jerman mengalami krisis energi, kini Singapura dilaporkan mengalami hal serupa.

Channel News Asia melaporkan bahwa sejumlah perusahaan pengecer listrik di negara itu kini bertumbangan, beberapa diantaranya adalah Ohm Energy dan iSwitch.

Perusahaan itu menghentikan operasinya lantaran pasar listrik yang bergejolak. Otoritas Pasar Energi (EMA) mengatakan pengecer listrik menghadapi tantangan karena situasi yang "luar biasa" di sektor energi.

“Pasar grosir listrik telah mengalami volatilitas harga yang lebih tinggi,” demikian dikutip dari CNBC, Jumat 22 Oktober 2021.

Singapura sendiri mengalami permintaan listrik yang lebih tinggi dari biasanya, dengan permintaan puncak sebesar 7.667 megawatt yang tercatat pada 12 Oktober.

Kabarnya, Ohm Energy akan mentransfer semua rekening pengguna ke SP Group, perusahaan listrik milik negara di Singapura, Oktober. Sementara iSwitch sendiri mengaku akan menghentikan operasi 11 November melalui webnya.

Sebagaimana diketahui, sebelum Singapura terdapat lima negara yang mengalami krisis energi. Negara ini adalah Inggris, China, Jerman, Lebanon dan Saudi Arabia.

Krisis energi ini diakibatkan oleh naiknya aktivitas perekonomian pasca pandemi dan rendahnya pasokan negara produsen yang salah satunya Indonesia itu sendiri.

Hal ini pun mulai mempengaruhi beberapa negara dunia. Dari Eropa hingga Asia semua mengeluhkan defisit energi yang membuat produksi terhenti sementara.

 

 

 

Tags : Krisis Energi Singapura

Berita Terkait