Dialog Bareng Santri Mojokerto, Gus Yahya: Kita Bersyukur Lahir di Indonesia

| Jum'at, 28/09/2018 20:18 WIB
Dialog Bareng Santri Mojokerto, Gus Yahya: Kita Bersyukur Lahir di Indonesia KH Yahya Cholil Staquf (Katib Aam PBNU). (Foto: tribunnewscom)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa dunia hari ini menghadapi berbagai dinamika peradaban. Krisis ekonomi dampak dari perang dagang Internasional telah menimbulkan korban terpuruknya negara-negara yang tidak mampu mengelola dinamika dalam negerinya.

Dia mencontohkan negara Venezuela yang masih belum mampu bangkit dari keterpurukan runtuhnya nilai mata uang, hingga masyarakat Venezuela memilih sistem barter dalam transaksi ekonominya.

“Masalah Ideologi juga menjadi sebuah masalah tersendiri dalam peradaban dunia saat ini. Gejolak perang di Timur Tengah yang kita tidak pernah tahu kapan perang itu akan di akhiri,” kata Kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu dalam acara dialog dengan santri di Pesantren Al-Amin, Sooko, Mojokerto Jawa Timur, Kamis, 27 September 2018.

Gus Yahya mengungkapkan, betapa pentingnya bersyukur berada dan besar di negara Indonesia ini. Di mana peradaban kemanusiaan dari abad ke abad selalu mengarah pada peradaban yang manusiawi (Peradaban yang baik).

“Semenjak zaman Majapahit, Wali Songo, Jaman Kolonial, Orde Lama, Orde Baru, Hingga orde Reformasi saat ini, peradaban bangsa kita masih ada di trak yang terkendali,” jelasnya.

Menurutnya, semua itu tidak lepas dari peran Wali Songo, Pangeran Diponegoro pada zaman Kolonial, hingga KH Hasym Asy’ari di masa akhir penjajahan dan awal orde lama.

Gus Yahya juga menambahkan, dalam setiap peradaban, NU selalu terdepan dalam menjalankan perannya. Sejarah telah membuktikan itu, bagaimana peran KH Hasyim Asy’ari saat mengusir penjajah dengan fatwa Resolusi Jihad-nya.

"Penumpasan gerakan makar PKI tahun 1965 dan berbagai gerakan yang mengganggu hubungan berbangsa, NU selalu hadir meyelesaikan problematikanya,” tandasnya.

Pengalaman sejarah inilah yang harus dijadikan referensi oleh kiai-kiai NU saat ini. Karena NU sudah cukup memiliki pengalaman dan panduan untuk tetap menjadi yang terdepan dalam mengawal peradaban menjadi lebih manusiawi. Sehingga para kader NU bisa benar-benar menjadi penentu arah dan tujuan dari peradaban masa depan. 

Tags : KH Yahya Cholil Staquf , Indonesia

Berita Terkait