Hukum Menggunakan Parfum Ketika Puasa 

| Rabu, 17/03/2021 17:22 WIB
Hukum Menggunakan Parfum Ketika Puasa  Parfum (sumber:mas-kulin.com)

RADARBANGSA.COM - Menggunakan wewangian adalah salah satu cara kita menghormati orang lain dengan menghilangkan bau yang tidak nyaman yang dapat mengganggu orang lain. Selain itu menggunakan wewangian juga termasuk dalam syariat Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyukai wewangian dan menganjurkan kita untuk menggunakannya. Hal ini disebutkan dalam hadis berikut:  

أَرْبَعٌ مِنْ سُنَنِ الْمُرْسَلِيْنَ الحَيَاءُ وَالتَّعَطُّرُ وَالسِّوَاكُ وَالنِّكَاحُ  

“Empat perkara yang merupakan sunnah para rasul, yaitu rasa malu, memakai wangi-wangian, bersiwak, dan menikah” (HR Tirmidzi).

Bagaimana jika sedang menjalankan ibadah puasa? Puasa dan wewangian adalah hal yang beRtolakbelakang dalam tujuannya, wewangian adalah wujud dari kemewahan dan puasa ditujukan agar umat Islam menjauhi segala kemewahan.

Ulama mahzab Syafii banyak yang berpandangan bahwa menggunakan minyak wangi ketika berpuasa tidak disunahkan dan hukumnya berubah menjadi makruh. Ketika waktu puasa sudah habis dan memasuki waktu magrib atau malam hari, maka hukum makruh menggunakan wewangian sudah tidak ada lagi. Penjelasan hukum demikian seperti yang terdapat dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah:  

وقال الشّافعيّة : يسنّ للصّائم ترك شمّ الرّياحين ولمسها . والمراد أنواع الطّيب ، كالمسك والورد والنّرجس ، إذا استعمله نهارا لما فيها من التّرفّه ، ويجوز له ذلك ليلا ، ولو دامت رائحته في النّهار ، كما في المحرم

“Para ulama Syafi’iyyah berkata: Disunahkan bagi orang yang berpuasa untuk tidak mencium wangi-wangian dan memegangnya. Maksud dari wangi-wangian adalah berbagai macam parfum, seperti wangi misik, bunga mawar dan bunga bakung ketika dipakai pada saat siang hari, sebab dalam menggunakan wangi-wangian terkandung makna kemewahan. Dan boleh menggunakan wangi-wangian saat malam hari, meskipun harum wanginya menetap sampai siang hari, seperti halnya hukum bagi orang yang muhrim” (Kementrian Wakaf dan Urusan Keagamaan Kuwait, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, juz 13, hal. 178). 

Dalam kitab Hasyiyah I’anah at-Thalibin juga dijelaskan mengenai hal ini:

(وتطيب) لغير صائم على الاوجه (قوله: لغير صائم) أي غير محرم. أما الاول فيكره له استعمال الطيب. وأما الثاني فيحرم.  

“Dan disunahkan (saat hari Jumat) menggunakan wewangian, kecuali bagi orang yang berpuasa menurut qaul awjah dan kecuali bagi orang yang sedang ihram. Menggunakan wewangian dihukumi makruh bagi orang yang berpuasa dan haram bagi orang yang ihram” (Syekh Abu Bakr Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anah at-Thalibien, juz 2, hal. 97).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menggunakan wewangian ketika berpuasa sebaiknya ditunda dulu hingga waktu berpuasa telah habis agar menhindari kemakruhan yang ditimbulkan dari kemewahan wewangian. Namun, menggunakan wewangian pada malam hari setelah waktu puasa habis dibolehkan walaupun wanginya masih tersisa sampai siang hari. 

Tags : Puasa , parfum , makruh

Berita Terkait