Puasa Bukan Sekedar Menahan Lapar dan Haus

| Kamis, 22/04/2021 19:30 WIB
Puasa Bukan Sekedar Menahan Lapar dan Haus sumber:istimewa

 

RADARBANGSA.COM - Puasa tidak sebatas untuk menahan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa seperti makan dan minum. Menurut beberapa orang ibadah puasa adalah jalan untuk mendpatkan rahmat Allah SWT yang lebih dalam. Kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan tiga tingkatan puasa menurut Imam al-Ghazali :

إعلم أن الصوم ثلاث درجات صوم العموم وصوم الخصوص وصوم خصوص الخصوص: وأما صوم العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة كما سبق تفصيله، وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام، وأما صوم خصوص الخصوص فصوم القلب عن الهضم الدنية والأفكار الدنيوية وكفه عما سوى الله عز وجل بالكلية ويحصل الفطر في هذا الصوم بالفكر فيما سوى الله عز وجل واليوم الآخر

Artinya, “Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus. Yang dimaksud puasa umum ialah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Puasa khusus ialah menahan telinga, pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari dosa. Sementara puasa paling khusus adalah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah SWT. Untuk puasa yang ketiga ini (shaumu khususil khusus) disebut batal bila terlintar dalam hati pikiran selain Allah SWT dan hari akhir.”

Imam al-Ghazali membagi tiga tingkatan puasa menjadi tiga. Tiap tingkatan disusun berdasarkan sifat orang yang menjalankan ibadah puasa. Untuk beberapa orang, puasa hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum. Namun, tidak menghindari perbuatan maksiat, seperti berprasangka buruk dan membicarakan keburukan orang lain. Pada umumnya, orang awam yang melakukan puasa seperti ini, yang mendefinisikan puasa hanya sebatas menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.

Tingkatan selanjutnya, yaitu tingkatan puasanya orang-orang saleh. Puasa orang saleh sudah paham bahwa puasa tidak sebatas menahan dari lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perbuatan maksiat dan dosa. Beberapa kelompok ini menilai maksiat menjadi pembatal puasa, karena percuma berpuasa jika masih terus melaksankaan maksiat.

Tingkatan puasa paling khusus yaitu hanya dikerjakan oleh orang-orang tertentu. Selain menghindari diri dari perbuatan maksiat, mereka juga memfokuskan pikirannya untuk selalu mengingat Allah SWT. Bahkan pikiran terhadap dunia akan dianggap meruak dan membatalkan puasa mereka.

Puasa di bulan Ramadan adalah sebuah amanah yang wajib dikerjakan, terlebih lagi amanah tersebut datangnya dari Allah SWT. Tiga tingkatan puasa disusun berdasarkan sifat orang yang mengerjakan puasa. Banyak orang puasa hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi ada juga yang menaggap puasa adalah ibadah yang lebih dalam dari menghindari maksiat. 

Tags : Puasa , Imam al-Ghazali