Lailatul Qadar, Malam yang Lebih baik dari Seribu Bulan

| Jum'at, 30/04/2021 19:26 WIB
Lailatul Qadar, Malam yang Lebih baik dari Seribu Bulan Bulan

RADARBANGSA.COM - Malam Lailatul Qadar sering juga disebut dengan malam beribu bulan, adalah malam yang penuh akan keberkahan. Keberkahan Lailatul Qadar ini berganda-ganda karena terletak di bulan yang pernuh berkah pula yaitu Ramadan. Allah ta`ala berfirman: 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadan, yaitu bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Q.S. al-Baqarah [2]: 185)

Ayat tersebut diturunkan sebagai dalil bahwa Al-Quran pertama kali diturunkan di bulan suci Ramadan, dan mengenai Lailatul Qadar, Allah SWT menjelaskan dalam surah Al-Qadr: 

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ, لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Q.S. al-Qadr [97]: 1-5)

Mengutip nu online, salah satu yang membuat malam Lailatul Qadar menjadi istimewa adalah karena pada malam ini, diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk manusia untuk menjadi pembeda antara hak dan yang batil, dan juga sebagai petunjuk bagi umat Islam. 

Menurut Syekh Abdul Halim Mahmud, makna Nuzul Al-Quran adalah “nuzulur risalatir rahmatil ammah (turunnya risalah yang penuh kasih sayang secara menyeluruh/tidak pandang bulu).” Yang dimaksud al-rahmah al-‘ammah (kasih sayang menyeluruh) adalah “al-rahmah bi kullil ‘awâlim (kasih sayang/rahmat untuk setiap alam).” (Syekh Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramdan, Kairo: Darul Ma’arif, tt, hlm 20).

Pandangan tersebut didasari oleh firman Allah SWT:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Tidak lain Kami mengutusmu (Muhammad), kecuali untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya [21]: 107)

حم, وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ، إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ. فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ، أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ, رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Haa mim. Demi Kitab (Al-Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (Q.S. al-Dukhan [44]: 1-6)

Rahmat merupakan tujuan dan sebab diturunkannya Al-Quran begitu juga diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai Rasul yang menata kehidupan manusia agar selamat dunia dan akhirat (Syekh Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramadan, h. 21). 

Keutamaan bagiumat ISlam lainnya adalah diampuni dosa-dosa terdahulu ketika pada malam Lailatul Qadar melakukan salat malam. Rasulullah SAW bersabda: 

 مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa salat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR. Imam Bukhari)

Waktu Lailatul Qadar yang tidak pasti, Allah SWT sengaja menyembunyikannya agar manusia mencarinya dengan bersungguh-sungguh. Jikalau seseorang gagal mendapatkan malam tersebut, meskipun telah mencarinya dengan bersungguh-sungguh, mereka tetap mendapatkan ampunan Allah SWT. Karena Nabi Muhammad bersabda:

وَمَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا واحتسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang mendirikan (salat malam) di bulan Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Imam al-Bukhari).

Karena Ramadan adalah bulan pernuh berkah dan ampunan Allah SWT. Apalagi Lailatul Qadar yang lebih mulia dari pada seribu bulan. Surat al-Qadr menggambarkan Lailah al-qadr dengan turunnya para malaikat di malam itu untuk mengurus berbagai urusan, dan kedamaian atau kesejahteraan memenuhi malam itu hingga fajar menyingsing.

Menurut perhitungan Syekh Abdul Halim Mahmud, seribu bulan (alfu syahrin) setara dengan 83 tahun 4 bulan yang merupakan umur standar manusia (dzalika ‘âdah ‘umril insân). Beliau menjelaskan dalam tulisannya:

والألف شهر هي ثلاث وثمانون سنة وأربعة أشهر, وذلك عادة عمر الإنسان, فهي خير من عمر الإنسان, من عمر كل إنسان: من عمر كل إنسان في الماضي وفي المستقبل, أي أنها خير من الدهر

“Seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun empat bulan. Itu merupakan standar umum umur manusia. Lailatul qadar (alfu syahrin) lebih baik dari umur manusia; dari umur setiap manusia, baik umur manusia di masa lalu maupun umur manusia di masa mendatang. Intinya, lailatul qadar lebih baik dari (usia) zaman.” (Syekh Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramadhân, h. 21)

Dari pernjelasna di atas dapat disimpulkan bahwa malam Lailatul Qadar lebih mulia dari seluruh umur manusia, baik umur manusia di zaman dulu, sekarang maupun mendatang. Syekh Abdul Halim Mahmud bahkan mengatakan, “annahâ khair minad dahr (Lailatul Qadar lebih baik dari usia zaman)." Penjelasan Syekh Abdul Halim Mahmud ini dikarenakan tidak adanya batasan pasti mengenai kebaikan dan kemuliaan Lailatur Qadar. Petunjuk yang diberikan Allah SWT hanya kebaikannya melebihi seribu bulan.

 

Tags : Lailatul Qadar

Berita Terkait