Waktu-Waktu Ketika Tidur Tidak Dianjurkan

| Kamis, 24/06/2021 18:50 WIB
Waktu-Waktu Ketika Tidur Tidak Dianjurkan Tidur (foto:istimewa)

RADARBANGSA.COM - Tidur merupakan aktivitas rutin manusia untuk melakukan istirahat. Tidak ada manusia satu pun yang dapat terhindar dari rasa kantuk. Tidur merupakan nikmat yang Allah SWT berikan kepada manusia, karena dengan porsi tidur yang cukup, seseorang akan mendpaatkan tenaga untuk menjalankan aktivitasnya. Alquran surat Ar-Rum ayat 23 menjelaskan:

وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (QS Ar-Rum: 23).

Namun, terdapat waktu-waktu dimana ketika tidur tidak dianjurkan, yaitu:

1. Setelah salat subuh hingga terbitnya matahari

Tidur ketika waktu subuh hingga terbitnya matahari dipandang akan menghalangi jalannya pintu rezeki. Sebab di waktu tersebutlah diturunkannya keberkahan rezeki pada seseorang. Habib Zain bin Smith menejlaskan mengenai hal ini:  

النوم بعد الصبح يذهب بركة الرزق والعمر لأن بركة هذه الأمة فى البكور وهو بعد صلاة الفجر إلى طلوع الشمس

“Tidur setelah subuh menghilangkan berkah rezeki dan berkah umur, sebab berkahnya umat ini ada di waktu pagi, yakni waktu setelah salat subuh sampai terbitnya matahari” (Habib Zain bin Smith, Fawaid al-Mukhtarah, Hal. 590)

2. Sehabis waktu asar

Tidur sehabis waktu asar dipandang memiliki resiko mengurangi kecerdasan, atau daya aktif akal. Hadis Ad-Dailami menjelaskan mengenai hal ini:

مَنْ نَامَ بَعْدَ الْعَصْرِ فَاخْتُلِسَ عَقْلُهُ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ

“Barang siapa tidur setelah waktu Asar, lalu hilang akalnya, maka jangan pernah salahkan kecuali pada dirinya sendiri” (HR Ad-Dailami).

3. Sebelum melaksanakan salat isya

Dalam sebuah hadis sahih dijelaskan bahwa Rasulullah SAW tidak senang melakukan tidur sebelum melaksanakan salat isya. 

كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ العِشَاءِ وَالحَدِيثَ بَعْدَهَا البخاري

“Sesungguhnya Rasululullah tidak senang tidur sebelum shalat Isya’ dan berbincang-bincang setelah salat Isya`” (HR al-Bukhari).

Alasan tidak dianjurkannya tidur sebelum malaksanakan salat isya, tidak lain karena dikhawatirkannya orang tersebut akan melewati waktu salat isya karena terlelap. dijelaskan dlaam kitab ‘Umdah al-Qari Syarah Sahih al-Bukhari:

وَأما سَبَب كَرَاهَة النّوم قبلهَا فَلِأَن فِيهِ تعرضا لفَوَات وَقتهَا باستغراق النّوم، وَلِئَلَّا يتساهل النَّاس فِي ذَلِك فيناموا عَن صلَاتهَا جمَاعَة. وَأما كَرَاهَة الحَدِيث بعْدهَا فَلِأَنَّهُ يُؤَدِّي إِلَى السهر، وَيخَاف مِنْهُ غَلَبَة النّوم عَن قيام اللَّيْل وَالذكر فِيهِ، أَو عَن صَلَاة الصُّبْح

“Adapun sebab makruhnya tidur sebelum isya karena akan berpotensi hilangnya waktu isya’ dengan menghabiskan waktu untuk tidur dan juga supaya orang-orang tidak menganggap enteng hal demikian, hingga mereka tidur dan meninggalkan salat isya secara berjamaah. Adapun makruhnya berbincang-bincang setelah isya karena akan mendorong untuk begadang dan dikhawatirkan akan tertidur hingga meninggalkan qiyamul lail, berzikir saat malam dan meninggalkan salat subuh” (Badruddin al-‘Aini, ‘Umdah al-Qari Syarah Sahih al-Bukhari, juz 5, hal. 66)

 

 

 

Tags : tidur

Berita Terkait