Syarat Sah Salat Id Sendirian Di Rumah

| Senin, 19/07/2021 17:05 WIB
Syarat Sah Salat Id Sendirian Di Rumah Salat berjamaah. (Foto: ilustrasi)

RADARBANGSA.COM - Salat id merupakan salah satu ibadah sunah yang pelaksanaannya secara berjamaah dengan sejumlah takbir dan bacaan yang lantang (jahar). Namun, dalam situasi pandemi Covid-19 yang masih belum terkendali, berkerumun akan membuat situasi lebih genting dan akan menghasilkan kerugian bagi umat dan bangsa Indonesia.

ويكبر في الأولى سبع تكبيرات غير تكبيرات الإحرام، وفي الثانية خمسا سوى تكبيرات القيام من السجود؟ روي أنه عليه الصلاة والسلام كان يكبر في الفطر والأضحى في الأولى سبعا قبل القراءة، وفي الثانية خمسا قبل القراءة رواه الترمذي

Artinya, “Seseorang bertakbir sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama selain takbiratul ihram, dan lima kali pada rekaat kedua selain takbir berdiri dari sujud. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bertakbir sebanyak tujuh kali sebelum membaca surat pada salat Idul Fitri dan Idul Adha, dan lima takbir pada rakaat kedua sebelum membaca surat, (HR At-Tirmidzi),” (Lihat Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 126).

Mengutip nu online, terkait pelaksanaan salat id sendirian di rumah, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang lebih dekat kepada mazhab Hanbali menganjurkan orang yang luput shalat id berjamaah melakukan salat Id sendiri sebanyak empat rakaat.

فإن فاته جميع صلاة العيد استحب له قضاؤها وهو مخير في ذلك بين أن يصلي أربعا كصلاة الضحى بغير تكبير أو بتكبير كهيئتها، فيجمع أهله وأصحابه كل ذلك إليه، وله بذلك فضل كثير


Artinya, “Bila luput seluruh rangkaian salat Id, seseorang dianjurkan mengada salat Id. Ia boleh memilih salat empat rakaat seperti salat Dhuha dengan beberapa takbir sunah (setelah takbiratul ihram) atau tanpa takbir sunah (setelah takbiratul ihram) seperti lazimnya salat Dhuha. Lalu ia mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan sahabatnya. Dengan demikian ia akan mendapatn keutamaan yang banyak,” (Lihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Guniyah, [Tanpa keterangan tempat, Darul Kutub Al-Islamiyyah: tanpa catata tahun], juz II, halaman 128).

Sebenarnya para ulama berbeda pendapat perihal kada salat Id itu sendiri dan perihal cara mengada. Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid mendokumentasi perbedaan pendapat di kalangan para ulama sebagai berikut:

واختلفوا فيمن تفوته صلاة العيد مع الإمام فقال قوم: يصلي أربعا وبه قال أحمد والثوري وهو مروي عن ابن مسعود. وقال قوم: بل يقضيها على صفة صلاة الإمام ركعتين يكبر فيهما نحو تكبيره ويجهر كجهره وبه قال الشافعي وأبو ثور. وقال قوم: بل ركعتين فقط لا يجهر فيهما ولا يكبر تكبير العيد. وقال قوم: إن صلى الإمام في المصلى صلى ركعتين وإن صلى في غير المصلى صلى أربع ركعات. وقال قوم: لا قضاء عليه أصلا وهو قول مالك وأصحابه.

Artinya, “Ulama berbeda pendapat perihal orang yang luput salat Id bersama imam. Sebagian ulama mengatakan, orang itu melakukan salat empat rekaat. Pendapat ini dipegang oleh Imam Ahmad dan Ats-Tsauri berdasarkan riwayat dari sahabat Ibnu Mas‘ud RA. Sebagian ulama mengatakan, ia harus mengada salat dua rakaat dengan cara yang dilakukan imam, baca takbir dan baca surat dengan lantang (jahar) seperti yang dilakukan imam. Pendapat ini dipegang oleh Imam As-Syafi’i dan Abu Tsaur. Ulama lain mengatakan, ia cukup salat dua rekaat tanpa lantang (jahar) baca surat dan tanpa takbir sunah. Ulama lain mengatakan, jika imam salat id di musala, maka ia salat Id dua rekaat. Tetapi jika imam salat di luar musala, maka ia salat id empat rakaat. Ada lagi ulama mengatakan, ia tidak perlu mengada salat id sama sekali. Pendapat ini dipegang oleh Imam Malik dan pengikutnya,” (Lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2013 M/1434 H], cetakan kelima, halaman 204).

Selain itu, Ibnu Rusyd juga mencoba mengangkat argumentasi yang dibangun oleh para ulama yang berbeda pendapat perihal salat Id sendirian dan perihal caranya. Ibnu Rusyd mencoba menguji analogi sejumlah ulama perihal salat Id yang menjadi landasan logis yang menentukan kedudukan salat Id.

وحكى ابن المنذر عنه مثل قول الشافعي فمن قال أربعا شبهها بصلاة الجمعة وهو تشبيه ضعيف ومن قال ركعتين كما صلاهما الإمام فمصير إلى أن الأصل هو أن القضاء يجب أن يكون على صفة الأداء ومن منع القضاء فلأنه رأى أنها صلاة من شرطها الجماعة والإمام كالجمعة فلم يجب قضاؤها ركعتين ولا أربعا إذ ليست هي بدلا من شيء وهذان القولان هما اللذان يتردد فيهما النظر: أعني قول الشافعي وقول مالك. وأما سائر الأقاويل في ذلك فضعيف لا معنى له لأن صلاة الجمعة بدل من الظهر وهذه ليست بدلا من شيء فكيف يجب أن تقاس إحداهما على الأخرى في القضاء وعلى الحقيقة فليس من فاتته الجمعة فصلاته الظهر قضاء بل هي أداء لأنه إذا فاته البدل وجبت هي والله الموفق للصواب

Artinya, “Ibnul Mundzir menghikayatkan seperti pandangan Imam As-Syafi’i. Pendapat yang menyatakan salat id sendirian berjumlah empat rekaat karena menganalogikan shalat Id dengan salat Jum’at didasarkan pada analogi yang lemah. Sedangkan ulama yang mengatakan bahwa salat Id sendirian berjumlah dua rakaat seperti yang dikerjakan imam merujuk pada prinsip bahwa kada wajib dilakukan sesuai dengan sifat atau cara yang dilakukan secara tunai (adâ’an). Sementara ulama yang menyatakan bahwa salat Id tidak perlu dikada memandang bahwa pengerjaan salat Id disyaratkan berjamaah dan bersama imam seperti salat Jumat sehingga bila luput maka tidak ada ceritanya mengada dua maupun empat rakaat. Pasalnya, salat id bukan gantian dari salat lain (sebagaimana Jumat dan zuhur). Dua pandangan ini yang patut dipertimbangkan, yaitu pandangan Imam As-Syafi’i dan Imam Malik. Sedangkan pandangan selain keduanya lemah sekali, tidak ada maknanya. Salat Jumat merupakan substitusi atau gantian dari salat zuhur. Sedangkan salat Id bukan substitusi dari salat manapun sehingga bisa dianalogikan antara keduanya (salat Id dan salat Jumat) perihal kadanya? Dan benar, orang yang luput salat Jumat bukan melakukan salat zuhur dengan niat kada, tetapi tunai (adâ’an) karena logikanya bila luput sesuatu harus dikada sebagaimana adanya. Semoga Allah memberikan jalan menuju kebenaran,” (Lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2013 M/1434 H], cetakan kelima, halaman 204).

Orang yang tidak bisa melaksanakan salat id berjamaah untuk melakukan salat id dua rakaat sendirian tanpa perlu jahar dan tentu tanpa khotbah. Orang yang luput itu melakukan salat id sendiri di rumah atau di masjid dengan niat tunai (adâ’an). 

Tags : Salat id

Berita Terkait