Tata Cara Puasa Sunah Bulan Muharam

| Rabu, 11/08/2021 06:58 WIB
Tata Cara Puasa Sunah Bulan Muharam Puasa

RADARBANGSA.COM - Puasa sunah di bulan Muharam menjadi puasa sunah yang paling utama dari puasa bulan Sya’ban yang paling sering dipuasai oleh Nabi Muhammad SAW.Di antaranya, karena Muharram merupakan awal tahun Hijriah maka sangat pantas dibuka dengan puasa yang merupakan amal paling utama.

Beliau bersabda:  

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم)  

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata: ‘Rasulullah SAW bersabda: ‘Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharam, dan salat yang paling utama setelah shalat fardu adalah salat malam.” (HR Muslim).

Berikut ini tata cara melaksanakan puasa sunah di bulan Muharam:

Pertama, niat di hati.

Niat puasa Muharram, baik secara umum maupun khusus puasa 10 hari awal Muharam, puasa Tasu’a, puasa Asyura, dan puasa 11 Muharram dapat dilakukan dengan niat puasa mutlak, seperti: “Saya niat puasa,” atau dengan cara yang lebih baik sebagaimana berikut:  

نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shaumal Muharrami lilâhi ta’âlâ.

Artinya, “Saya niat puasa Muharram karena Allah ta’âlâ.”    

Niat puasa Tasu’a secara lengkap:  

نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُوعَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma Tâsû’â-a lilâhi ta’âlâ.  

Artinya, “Saya niat puasa Tasu’a karena Allah ta’âlâ.”  

Niat puasa Asyura secara lengkap:  

نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma Âsyûrâ-a lilâhi ta’âlâ.  

Artinya, “Saya niat puasa Asyura karena Allah ta’âlâ.”  

Selain niat di dalam hati juga disunnahkan mengucapkannya dengan lisan.

Sebagaimana puasa sunah lainnya, niat puasa Muharam dapat dilakukan sejak malam hari hingga siang sebelum masuk waktu zawâl (saat matahari tergelincir ke barat), dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar atau sejak masuk waktu subuh. (Al-Malibari, Fathul Mu’în, juz II, h. 223).  

Kedua, makan sahur.

Lebih utama makan sahur dilakukan menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak.  

Ketiga, melaksanakan puasa dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan, seperti makan, minum dan semisalnya.  

Keempat, lebih menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa. Rasulullah saw bersabda:  

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعِ وَالْعَطَشِ (رواه النسائي وابن ماجه من حديث أبي هريرة)  

Artinya, “Banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan kehausan.” (HR an-Nasa’i dan Ibnu Majah dari riwayat hadis Abu Hurairah ra).

(Abul Fadl al-‘Iraqi, al-Mughni ‘an Hamlil Asfâr, [Riyad: Maktabah Thabariyyah, 1414 H/1995 M], juz I, h. 186).  

Kelima, segera berbuka puasa saat tiba waktu maghrib. (Ibrahim al-Bajuri, Hâsyiyyatul Bâjuri ‘alâ Ibnil Qâsim al-Ghazi, [Semarang, Thoha Putra], juz I, h. 292-294).  

Tags : Puasa Muharam

Berita Terkait