Mengenal Lebih Dekat Abdul Wahid, Anak Kampung Sukses jadi Wakil Rakyat

| Rabu, 16/10/2019 14:33 WIB
Mengenal Lebih Dekat Abdul Wahid, Anak Kampung Sukses jadi Wakil Rakyat Anggota Fraksi PKB DPR RI Abdul Wahid (foto: Istimewa)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Abdul Wahid, lahir pada 21 November 1980 di Dusun kecil bernama Anak Peria Desa Belaras, Kecamatan Mandah, sewaktu berusia 40 hari beliau dibawa oleh orang tuanya berhijrah ke sudut selat yang berhadapan dengan laut cina selatan, sekarang dikenal dengan nama Desa Sei Simbar masuk wilayah Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir, anak ke tiga dari enam bersaudara. Masa kecilnya tumbuh di kampung Simbar ini, sama seperti anak-anak kampung yang lainnya, tumbuh dan bermain dalam suasana kegirangan anak kampung, semuanya serba-serbi alami, berenang disungai, memanjat pohon kelapa, menangkap burung bahkan bermain dan mengganggu buaya yang lagi tidurpun sudah juga dilakoninya.

Suasana kampung yang masih asri, tempat dimana politis muda ini tumbuh besar merupakan wilayah yang memiliki semua keterbatasan baik akses darat maupun laut. Terlebih pada waktu itu, Parit Simbar ini adalah kampung yang baru dibuka dan ditanami perkebunan kelapa, muara sungai yang berhadapan langsung dengan laut lepas yang memiliki ombak yang sangat besar. Bahkan karena sangat besarnya ombak wilayah itu menjadi terkenal di kalangan masyarakat yaitu “Tanjung Datuk”, hanya pada musim-musim bulan tertentu angin laut dan ombak tidak besar. Akses darat apalagi, hutan yang masih lestari di hulunya menjadi penghalang untuk bisa dilewati jika ingin ke kampung tentangga, hampir tidak bisa ditempuh untuk digunakan, satu-satunya akses yang harus ditempuh hanya jalur laut saja.

Fasilitas pendidikan juga sangat tidak memadai, meskipun sudah berdiri sekolah dasar pada masa itu sebagai satu-satunya sekolah yang tersedia, di sinilah bermula asa dan cita-cita untuk merubah keadaan itu Abdul Wahid azamkan. Dengan segala keterbatasan, berjalan kaki hampir 1 jam lebih Ia tempuh untuk menuntut ilmu.

Lalu pada saat diusia 10 tahun sekitar kelas 4 SD beliau harus merelakan kepergian ayahandanya tercinta untuk menghadap Sang Khalik, tidak ada lagi tempat menggantungkan harapan dan cita-cita pendidikan tinggi pada saat itu karena harus juga terlibat membantu ibunda dan kakak untuk bekerja memenuhi ekonomi yang memang sangat sulit pada waktu itu. Tapi karena keyakinan dan tekad yang kuat pelan-pelan dilalui sambil bekerja menyambut upah mengupas kelapa pendidikannya tetap dijalani hingga dapat menyelesaikan sampai pendidikan Madrasat Tsanawiyah.

Tibalah saat di mana keinginan yang semakin kuat untuk tetap melanjutkan pendidikan hingga menengah atas, ada kebimbangan akan kondisi ekonomi yang morat-marit tentu tidak akan mampu ibunda menopang biaya pendidikan yang mahal ditambah biaya hidup yang harus ditanggung selama menuntut ilmu di daerah lain. Dorongan dan dukungan dari kakak tercinta beliaulah yang kemudian menambah keyakinannya untuk tetap berangkat melanjutkan pendidikan atasnya di ibu kota kabupaten, akhirnya beliau mewujudkan keyakinan dengan mendaftar menjadi siswa di Madrasah Aliyah Kota Tembilahan pada tahun 1997 silam. Selang beberapa catur wulan mengenyam pendidikan di sekolah MA Tembilahan pada tahun yang sama beliau diajak oleh kakak sepupunya untuk ikut mondok di Pesantren Daerah Lasi Tuo Bukit Tinggi Sumatera Barat, karena pada masa itu anak-anak dari Indragir Hilir memang sedang banyak berangkat ke provinsi tetangga untuk menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren. Tidak banyak pertimbangan beliau kemudian langsung ikut berangkat dan mendaftar menjadi santri di Pondok Pesantren Ashabul Yamin daerah Lasi Tuo Kecamatan Ampek Angkek Candung Kab. Agam, saat menjadi santri disinilah dialegtika dan dinamika pemikiran keagamaan mempengaruhi beliau, menjadi taat bergama bahkan sempat mendalami dunia sufistik.

Hampir lebih kurang 3 tahun menjadi santri di pondok pesantren menjadikan Politisi Muda ini menatap kehidupan penuh keyakinan dan tekad yang semakin kuat untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hanya bermodal keyakinan yang kuat beliau bahkan tidak lagi menggantungkan biaya ekonomi kepada ibunda dan kakak kandungnya, berkat relasi dan pertemanan beliau bisa nyambi bekerja disawah warga tempatan pada saat mondok dipesantren dulu.

Setelah menuntaskan pendidikan di pondok pesantren, Abdul Wahid berangkat menuju Pekanbaru dan mendaftar kuliah di IAIN SUSKA Riau sekarang UIN SUSKA, diterima di fakultas tarbiyah jurusan pendidikan agama islam. Saat menjadi masiswa dengan tekad dan yakin tanpa gengsi beliau lagi-lagi menyisihkan waktu untuk bekerja menjadi cleaning service di kampus, kuli bangunan dll, demi mengumpulkan dana untuk biaya pendidikan beliau lakoni berbagai profesi pekerjaan sebagai buruh kasar itu. Disela-sela padatnya jam kuliyah dan bekerja Politis Muda ternyata juga menyempatkan waktu untuk aktif di organisasi daerah dan pergerakan baik di internal kampus maupun eksternal kampus, pada saat aktif menjadi aktivis inilah relasi beliau semakin luas hingga dapat kenal dengan tokoh dan elite politik provinsi riau pada waktu itu.

Kini sang politisi muda yang cemerlang ini terpilih menjadi anggota  DPR RI dari Partai Kabangkitan Bangsa (PKB). Menjadi satu-satunya politisi yang terpilih dari beberapa Anggota DPRD Provinsi Riau yang juga sama-sama bertarung maju ke DPR RI pada pemilu beberapa waktu lalu. Berbekal pengalaman dua periode di DPRD Provinsi Riau. Abdul Wahid menjadi salah satu dari 11 perwakilan Riau yang akan berjuang membawa aspirasi masyarakat provinsi riau di senayan. Dan Abdul Wahid siap menjadi penyambung lidah agar segala program pembangunan yang ada di pusat pemerintahan dapat mengalir ke salah satu daerah yang memiliki sumbangsih terbesasar terhadap negara ini.

Tags : Abdul Wahid , PKB , DPRRI