Survei: Konsep Pembelajaran Online Terhambat Akibat Tidak Meratanya Akses Internet 

| Kamis, 20/08/2020 16:57 WIB
Survei: Konsep Pembelajaran Online Terhambat Akibat Tidak Meratanya Akses Internet  Pelajar mengikuti proses pembelajaran online (Doc: Istimewa)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Tingkat keberhasilan kebijakan pemerintah terkait pembelajaran online (jarak jauh) berpotensi terhambat akibat tidak meratanya akses internet di Indonesia. 

Dalam survey yang dirilis oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), terdapat sekitar 24% warga tidak memiliki akses internet, sementara 76% memiliki akses internet. 

Dari yang memiliki akses internet, hampir semua warga, yakni 95.1%, mengakses internet lewat handphone atau smartphone. Di samping lewat smartphone, sekitar 25.5% warga juga)mengakses internet lewat laptop.

Manajer Kebijakan Publik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Tati Wardi, mengatakan jika temuan ini penting diperhatikan pemerintah karena masih besarnya persentase masyarakat yang tidak memiliki akses internet akan menciptakan kesenjangan kelas dalam proses kegiatan pembelajaran jarak jauh. 

“Yang paling harus diperhatikan, kesenjangan akses internet akan mengakibatkan kesenjangan kualitas pendidikan berdasarkan kelas sosial ekonomi warga,” ujar Tati dalam catatanya, Rabu 19 Agustus 2020.

Ia juga menyebut jika sekitar 20% dari warga yang di keluarganya terdapat anggota keluarga yang masih bersekolah atau kuliah tidak memiliki akses internet.

“Jadi ada 20% yang terhambat kegiatan belajarnya semata-mata karena mereka tidak memiliki akses teknologi,” ujar Tati.

Menurut Tati, adanya kesenjangan akses internet ini terlihat dalam hal wilayah. Dalam risetnya, ia menunjukkan terdapat sekitar 96% warga DKI+Banten yang memiliki akses internet. Namun persentase warga yang memiliki akses internet di luar DKI+Banten jauh lebih rendah: Jawa barat (71%), Jawa Tengah+DIY (72%), Jawa Timur (74%), Bali+Nusa Tenggara (77%), Sumatra (76%), Sulawesi (71%), Kalimantan (79%), dan Maluku + Papua (77%).

Kesenjangan ini semakin dalam jika  dikelompokkan berdasarkan atar belakang pelndidikan. Hanya 50% warga berpendidikan SD memiliki akses internet, sementara di kalangan berpendidikan SMP naik menjadi 69%, kalangan berpendidikan SMA 88%, dan di kalangan berpendidikan Perguruan tinggi mencapai 96%.

Begitu juga bila dilihat berdasarkan tingkat pendapatan. Hanya 54% warga berpendapatan maksimal Rp 1 juta/bulan memiliki akses internet, sementara di kalangan warga berpendapat Rp1-2 juta/bulan naik menjadi 70%, kalangan berpendapatan Rp 2-4 juta/bulan 86%, dan di kalangan berpendapatan di atas Rp 4 juta menjadi 96%.

“Pemerintah nampaknya perlu menyiapkan langkah-langkah serius untuk mencegah jangan sampai mereka yang datang dari kalangan menengah ke bawah semakin tertinggal karena penerapan belajar jarak jauh. Anak-anak dari orang tua dengan kelas sosial ekonomi lebih rendah di luar Jakarta dan sekitarnya akan semakin tertinggal terutama karena akses teknologi,” ungkap Tati.

Tags : Pembelajaran Online , Akses internet , SMRC

Berita Terkait