Fatayat NU Azerbaijan Ajak Perempuan Lintas Negara Berkebaya & Meneladani Spirit Kartini

| Selasa, 11/05/2021 15:01 WIB
Fatayat NU Azerbaijan Ajak Perempuan Lintas Negara Berkebaya & Meneladani Spirit Kartini Fatayat NU Azerbaijan menggelar safarai Ramadan dengan diskusi bertema piknik, pesertanya diminta pakai kebaya untuk meneladani Kartini. (Foto: istimewa)

RADARBANGSA.COM - April adalah bulan emansipasi perempuan karena setiap tahunnya pada tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini oleh perempuan Indonesia. Kartini adalah pejuang emansipasi perempuan, bukan symbol kebaya semata. Betapa bangganya kaum perempuan Indonesia karena pada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno melalui Kepres RI No.108 menetapkan Raden Ajeng Kartini sebagai pahlawan kemerdekaan. Artinya, Kartini bukan hanya pahlawan bagi kaum perempuan, tapi spirit perjuangan Kartini ada pada setiap jiwa bangsa Indonesia. Seperti pada lirik terakhir lagu Ibu Kita Kartini, “sungguh besar cita-citamu bagi Indonesia”.

Azerbaijan adalah negara sekuler di Timur Eropa dengan populasi muslim sebesar 96% dari total 10 juta penduduk dengan 49,5 % perempuan. Secara geografis negara pecahan Uni Sovyet ini masuk ke dalam wilayah Eropa Timur dan Asia Tengah. Dan merupakan negara kawasan Kaukasia yang menjamin kebebasan penduduknya baik yang ingin beragama maupun tidak beragama.

Nilai-nilai toleransi dan filantropi cukup baik di negara ini. Kelompok Sunni dan Syiah dapat hidup rukun berdampingan. Pendidikan agama tidak diajarkan dibangku sekolah namun pengetahuan tentang agama diberikan sepenuhnya kepada orang tua masing-masing di rumah.

Oleh karena itu peran perempuan terkhusus kaum ibu sebagai madrasah utama bagi keluarganya di rumah adalah sangat penting. Hal itu pernah disampaikan oleh Ketua Fatayat NU Azerbaijan Kholidah Tamami pada minggu pertama Ramadhan saat mengisi materi tentang “Eksistensi Perempuan dalam Konteks Kekinian” yang digelar oleh PCI Fatayat NU Taiwan dan PAC Fatayat NU Sawahan. Perempuan yang akrab disapa Olie Tamami ini mengurai makna hidup bahwa ketika kehidupan tidak bertambah mudah, maka kaum perempuan harus bertambah kuat.

Dalam safari Ramadhan kedua yang digelar pada  Jumat, 30 April 2021 Fatayat NU Azerbaijan menggelar diskusi berkonsep piknik yang dihadiri oleh jurnalis Azerbaijan Zhala Najafova, guru bahasa Inggris & entrepreneur asal Fizuli Azerbaijan Leyla Cabrayilova dan Belka Acevedo Lozano pegiat migas dan kebudayaan asal Peru Amerika Latin serta feminis laki-laki  dari Kazakhstan Ascar Muzaffar dan Nguyen Van Cuong asal Vietnam. Acara tersebut digelar untuk menyampaikan gagasan-gagasan Kartini yang dapat diaplikasikan di negara-negara lain, terutama Azerbaijan sebagai negara yang belum lama merdeka sehingga kebutuhan akan pengalaman negara-negara berkembang dalam hal emansipasi adalah sangat menarik untuk didiskusikan.

Kholidah Tamami juga menyampaikan gagasannya yaitu, “Perempuan hebat adalah mereka yang bangga akan budaya bangsanya sendiri, mencintai tanah airnya dan berkomitmen untuk mengisi ruang kehidupan dengan niat yang tulus, usaha yang gigih serta doa yang tanpa berhenti”. Ia sangat mengapresiasi perempuan internasional yang ingin mengetahui perjuangan Kartini, dan ia mengajak perempuan internasional untuk bangga akan para pejuang emansipasi di negara mereka masing-masing.

Zhala Najabova dalam diskusi tersebut menyampaikan bahwa tahun 1918 dimana pendiri Republik Demokratik Azerbaijan Mammad Amin Rasulzadeh menganggap pembebasan seorang wanita Muslim sebagai salah satu isu terpenting dalam perjuangan pembebasan nasional umat Islam di dunia. Statementnya yang menarik bahwa wanita muslim tidak boleh dipenjara pada saat wanita dari semua negara lain berpartisipasi dalam gerakan sosial-politik sejajar dengan pria, dengan demikian berkontribusi pada keberhasilan bangsa mereka. Pandangan-pandangan tersebut dipertegas dengan ditetapkannya asas persamaan, hak memilih dan dipilih dalam paragraf IV Deklarasi Kemerdekaan yang diadopsi oleh Republik Demokratik Azerbaijan pada 28 Mei 1918. Alhasil, Azerbaijan menjadi negara pertama di Timur Eropa yang memberi perempuan hak memilih dan dipilih dan diberi hak untuk ikut serta dalam proses politik dalam kehidupan publik di Azerbaijan.

Sejak hari bersejarah itu hingga sekarang, tidak ada yang bisa menyangkal kontribusi besar perempuan Azerbaijan ke seluruh wilayah negara. Leyla Mammadbayova, pilot pertama Azerbaijan, Shafiga Akhundova, komposer yang menulis opera pertama Azerbaijan, insinyur minyak wanita pertama  dan ahli kimia pertama Azerbaijan, akademisi Izzet Orujova juga berperan sebagai aktris wanita pertama dalam film "Sevil". Patung Wanita Merdeka di tengah Baku yang sedang mengibaskan jilbabnya di atas alas yang tinggi juga diilhami oleh lakon "Sevil" dari Jafar Jabbarli. Patung Perempuan Merdeka mencerminkan perjuangan perempuan yang memperjuangkan hak dan kebebasannya di Azerbaijan saat itu. Patung perempuan muda Azerbaijan yang melepas kerudungnya disajikan sebagai simbol kesetaraan sosial perempuan di Azerbaijan dan di Timur Eropa.

Dari diskusi yang digelar oleh Fatayat NU Azerbaijan tersebut, ada permasalahan yang masih krusial di Azerbaijan terkait kesetaraan gender. Betul bahwa kaum perempuan selalu memperjuangkan kebebasannya, percaya pada potensi perempuan merdeka dan membuktikan diri dengan perbuatannya. Sayangnya meski kebebasan beragama dan kebebasan tidak beragama disini belum diimbangi oleh kesadaran keberimbangan hak antara perempuan dan laki-laki. Contohnya pekerjaan domestic dan rumah tangga serta pengasuhan anak di Azerbaijan yang secara otomatis diberikan kepada perempuan, mereka kehilangan waktu yang dapat mereka curahkan untuk diri mereka sendiri, kesempatan pendidikan, waktu luang dan kesempatan untuk memainkan peran penting dalam masyarakat. Jabatan pengambilan keputusan utama dipegang oleh laki-laki di Azerbaijan, serta di seluruh dunia. Stereotipe yang kuat tentang perempuan dan laki-laki mengakibatkan ketidaksetaraan gender dan pelanggaran hak-hak perempuan.

Masalah gender yang ada di Azerbaijan sebagian besar disebabkan oleh mentalitas dan tradisi. Preferensi diberikan kepada anak laki-laki yang selalu menjadi kebanggaan keluarga. Perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga seringkali tidak melapor ke polisi karena lemahnya kekuatan mental mereka. Komite Statistik Negara menerbitkan statistik tentang kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan setiap tahun. Menurut statistik, pada 2019 tercatat 5.760 kejahatan terhadap perempuan, termasuk 2.269 kasus kekerasan, 18% di antaranya adalah sengketa rumah tangga. Meningkatnya jumlah korban KDRT selama tahun pandemi bergema di masyarakat Azerbaijan karena meningkatnya angka bunuh diri di kalangan remaja dan remaja putri, serta laporan pernikahan dini. Untuk benar-benar mencegah masalah kekerasan dalam rumah tangga, Presiden Republik Azerbaijan Ilham Aliyev menandatangani sebuah dekrit tentang "Rencana Aksi Nasional untuk Memerangi Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Republik Azerbaijan untuk tahun 2020-2023". Tujuan dari Rencana Aksi Nasional adalah untuk membawa langkah-langkah pencegahan kekerasan dalam rumah tangga yang sejalan dengan standar internasional, memberikan bantuan yang tepat waktu dan komprehensif kepada keluarga untuk memperkuat mereka, menerapkan langkah-langkah untuk memerangi kekerasan dalam rumah tangga dan meningkatkan efisiensi. Proyek ini akan mengadakan kampanye "Memerangi Kekerasan Berbasis Gender" setiap tahun dari 25 November hingga 10 Desember. Untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi korban kekerasan dalam rumah tangga, direncanakan untuk menyelenggarakan kursus pelatihan kejuruan untuk profesi yang dibutuhkan bagi mereka di pasar tenaga kerja dan untuk melibatkan mereka dalam tindakan ketenagakerjaan aktif lainnya.

Pakar gender Azerbaijan Gulnara Mehdiyeva dan perempuan feminis Azerbaijan lainnya telah menetapkan misi untuk memulihkan hak-hak perempuan dengan berkampanye melawan kekerasan dalam rumah tangga dan terus memperjuangkan hak-hak perempuan seperti yang dilakukan dalam memperingati Hari Perempuan Internasional 8 Maret 2021 lalu yang digelar di Fountain Square Azerbaijan. Perempuan Azerbaijan ingin menjadi perempuan seutuhya yang bisa sejajar dengan laki-laki.

Ada banyak hal yang dapat disimpulkan dalam diskusi dalam rangka memperingati Hari Kartini dan Harlah Fatayat NU ke-71 tersrebut, namun satu yang dapat disimpulkan seperti apa yang dikatakan Kartini, “Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya tanpa berhenti menjadi perempuan sepenuhnya”. Selamat Hari Kartini dan Selamat Harlah Fatayat NU, semoga pemikiran-pemikiran Kartini dapat mendunia seperti halnya pemikiran Nawal El Sadawi yang berhasil mendobrak kekakuan zaman.

Tags : Fatayat NU , Azerbaijan , Kebaya , Perempuan

Berita Terkait