Mengenal Ashraf Ghani, Presiden yang Kabur dengan Helikopter Penuh Uang

| Rabu, 18/08/2021 16:13 WIB
Mengenal Ashraf Ghani, Presiden yang Kabur dengan Helikopter Penuh Uang Presiden Joko Widodo (Jokowi), bersalaman dengan Presiden Afganistan Ashraf Ghani saat menggelar pertemuan di Istana Presiden Arg, Kabul, Afganistan, 29 Januari 2018. Presiden Jokowi berkunjung ke Afghanistan di tengah rangkaian teror bom yang terjadi di Kabul. (foto: REUTERS/Massoud Hossaini/Pool)

RADARBANGSA.COM - Setelah Amerika Serikat menarik pasukannya dari Afganistan, dalam waktu rentang satu minggu, negara itu seketika dikuasai kelompok Taliban. Kelompok Taliban bersenjata berhasil menguasai istana presiden, sementara Presiden Ashraf Ghani dilaporkan kabur meninggalkan negaranya.

Presiden Ashraf Ghani meninggalkan Afganistan dengan empat mobil dan sebuah helikopter penuh dengan uang tunai bahkan harus meninggalkan sejumlah uang karena semuanya tidak muat. Juru bicara Kedutaan Rusia di Kabul, Nikita Ishchenko, mengatakan keruntuhan rezim Afghanistan ditandai dengan kaburnya Ghani.

"Adapun keruntuhan rezim itu paling jelas ditandai dengan cara Ghani melarikan diri dari Afghanistan," ujarnya, Senin, 16 Agustus 2021.

"Empat mobil penuh uang, mereka mencoba memasukkan sebagian uang itu ke dalam helikopter, tetapi, tidak semuanya muat. Dan sebagian uang itu dibiarkan tergeletak di landasan," bebernya.

Ashraf Ghani sempat mengungkapkan alasan pergi meninggalkan Afganistan di tengah kepanikan warganya setelah Taliban menguasai ibu kota Kabul.

Dalam unggahannya di Facebook, Ghani mengatakan ia pergi untuk mencegah pertumpahan darah di ibu kota. Ia menyebut Ghani menyebut kepergiannya itu adalah keputusan sulit.

Ghani mengatakan dia yakin "patriot yang tak terhitung jumlahnya akan menjadi martir dan kota Kabul akan dihancurkan" jika dia tetap tinggal.

Mohammad Ashraf Ghani Ahmadzai adalah seorang politisi, akademisi, dan ekonom Afganistan yang merupakan Presiden Afganistan ke-14 dari September 2014 hingga Agustus 2021 pascainvasi Taliban. Dilansir melalui Tempo.com yang dirangkum dari berbagai sumber, berikut profil sang presiden.

Ashraf Ghani lahir pada 19 Mei 1949 di Provinsi Logar di Kerajaan Afganistan. Dia berasal dari suku Ahmadzai Pashtun. Ghani bersekolah di Lake Oswego High School di Lake Oswego, Oregon dan lulus pada angkatan 1967. Awalnya dia ingin belajar hukum tetapi kemudian mengubah jurusannya menjadi antropologi budaya.

Ghani kuliah di American University di Beirut di mana ia memperoleh gelar sarjana pada 1973, setelah itu, ia memenangkan beasiswa pemerintah untuk kuliah di Universitas Columbia, di mana ia memperoleh gelar masternya pada 1977 dan mendapatkan gelar PhD pada 1983. Ia juga bertemu calon istrinya, Rula, saat belajar di sana. Tesis doktornya berjudul `Produksi dan dominasi: Afghanistan, 1747-1901`.

Sebelum kembali ke Afganistan pada 2002, Ghani adalah seorang profesor antropologi di berbagai institusi, ia kemudian mulai bekerja di Bank Dunia dan menjadi Menteri Keuangan Afganistan antara Juli 2002 dan Desember 2004 dengan memimpin upaya pemulihan ekonomi Afganistan setelah runtuhnya pemerintahan Taliban.

Ia adalah co-founder dari Institute for Efektivitas Negara, sebuah organisasi yang dibentuk pada 2005 untuk meningkatkan kemampuan negara untuk melayani warganya. Pada tahun ini pula, ia memberikan ceramah TED dengan membahas bagaimana membangun kembali negara yang rusak seperti Afganistan. 

Dilansir dari laman foreignpolicy.com, pada 2013, Ghani menduduki peringkat ke-50 dalam jajak pendapat online untuk menyebutkan 100 intelektual top dunia yang dilakukan oleh majalah Foreign Policy dan kedua dalam jajak pendapat serupa yang dijalankan oleh Majalah Prospect

Ghani adalah pro-modernis, ia pengagum Raja Amanullah Khan, seorang raja Afganistan progresif pada 1920 dan Jenderal Mohammed Daoud Khan, mantan Perdana Menteri dari Kerajaan Afganistan, yang menjabat sebagai Presiden pertama Republik Afganistan pada 1970-an. 

Dilansir dari laman aa.com.tr, Ashraf Ghani juga mengungkapkan pandangan anti-komunis ketika, pada 2017, ia membandingkan perang melawan Taliban, dan mengatakan bahwa jihad di Afganistan telah membantu membebaskan Eropa Timur dari rezim yang menindas.

 

 

Tags : Ashraf Ghani , Afganistan

Berita Terkait