Lomba Cerpen Santri 2018

Hidupku

| Minggu, 04/11/2018 01:18 WIB
Hidupku Dok Radarbangsa
Oleh: Ayi Mulya Hasanah
 
RADARBANGSA.COM - Namaku Siti Najma Fauziah, kau bisa panggil aku Najma, sebelum aku memulai cerita ini, akan aku ceritakan sedikit latar belakang kehidupanku, aku terlahir dari keluarga yang kurang mampu, ayahku Sutrisno Seorang petani yang menggarap sawah orang lain, ibuku Aminah seorang ibu rumah tangga yang sangat aku banggakan sekaligus idolaku, hmm.. kalian tau?? Aku sangat menyayangi mereka bahkan kurasa lebih dari itu, aku ingat ketika keluargaku tak dapat makan nasi untuk beberapa hari, saat itu yang kami makan hanyalah ubi rebus, karena ibuku tidak sempat membeli beras, karena jarak yang di tempuh lumayan jauh. Jujur saja aku merasa Tuhan sangat tidak adil waktu itu,, aku marah, sedih, meski perasaan itu tak pernah aku tunjukan kepada kedua orang tuaku, aku berusaha tetap ceria, meski aku tau mereka sama sedihnya seperti aku, tapi aku mengenal mereka, mereka tau cara menyenangkan hatiku, memberiku rasa damai, mereka tau cara  menunjukan kepadaku bahwa mereka sangat menyayangiku, meskipun tidak berbentuk materi, tapi itulah yang paling berharga dari semuanya, apapun yang aku miliki tak ada artinya, selain kasih sayang mereka.  
 
Ah!!! Aku hampir lupa menceritakan bahwa aku bukan satu-satunya anak mereka, aku 5 bersaudara dan aku yang terakhir, semuanya sudah menikah kecuali aku tentunya.
 
Aku akan memulai kisahku saat aku masih duduk dikelas VI sekolah dasar, pada saat itu aku dan teman-teman sedang membicarakan soal kemana kita akan melanjutkan sekolah.
 
“Aku pengennya ke SMP N 3” kata Novi
 
“Ohh ya? Sama aku juga ingin ke sana “ lanjut Mela
 
“kalau aku sih masih milih-milih dulu ,”sahut Neli
 
“kalau kamu Ma?”Tanya Novi ke aku, jujur aku pengenya sekolah bareng dia ke SMP N 3,tapi mengingat keadaan orang tuaku rasanya gak mungkin,udah biaya masuk, terus uang bangunan,belum lagi ongkos pulang-pergi ditambah buku-buku yang harus aku beli.
 
“Najmaa…kok bengong sih? Kamu belum jawab pertanyaan aku “katanya lagi membuyarkan lamunanku,
 
“Ehh…??!! Aku belum nanya sama ibu…” jawab ku sekenanya, pada saat itu aku merasa benar-benar putus asa, terombang-ambing di atas takdir yang tak pernah jelas bahkan abstrak. Tapi untuk kemudian aku tau, Allah SWT menyimpan hadiah yang lebih indah di balik semuanya, ternyata aku akan melanjutkan ke sebuah Pondok Pesantren.
 
Baca selengkapnya di sini
Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen Santri ,

Berita Terkait