Lomba Cerpen Santri 2018
Meski Luka dan Derita, Tetap Aku Milikmu

Oleh: M. Andika Saputra
RADARBANGSA.COM - Malam, salah satu kuasa Tuhan yang tak pernah lelah untuk dipandangi dan tiada henti untuk dikagumi, bagaimana tidak? Langit malam yang hitam pekat dihiasi oleh bulan dan bintang yang memancarkan keindahan cahaya terangnya, mampu memberikan ketenangan dan keteduhan bagi segelintir ciptaan-Nya, namun tidak untukku. Hari-hariku di sini tak secerah dan tak seindah malam ini. Sudah hampir setengah jam aku memandangi keindahan dan kecerahan langit malam ini, namun keindahannya tetap tak mampu mengurangi beban yang selalu mengikuti dan bertahta di pundak bak hantu yang selalu menggentayangiku, pun kecerahannya juga tak mampu memberikan cahaya akan gelapnya jalan yang ada dihadapanku.
Banyak orang yang ingin dekat denganku hanya disaat lemariku penuh dengan makanan saja, tetapi jika sudah tidak ada lagi makanan yang bisa mereka harap dariku jangankan mendekat, melirikku saja mungkin mereka tidak mau. Hmmm, beginilah cobaan hidup yang aku hadapi dan terasa sangat berat bagiku.
Aku kini duduk di bangku kelas enam KMI, ya aku telah melewati hampir semua fase kehidupan yang ada di Pondok Pesantren Diniyyah yang berada di Kabupaten Agam, Sumatera Barat ini. Banyak pengalaman sebagai seorang santri yang aku dapat di sini. Dari kelas satu yang baru merasakan bagaimana rasanya hidup terpisah dari orang tua, dan harus berusaha untuk bisa hidup mandiri yang membuka daftar panjang masa sulit dalam hidupku. Aku harus beradaptasi dengan suasana yang sangat asing di pondok ini. Semua ini berawal dari kehendak kedua orang tuaku yang memaksaku untuk belajar dan terperangkap di pondok pesantren ini. Aku seperti terjerumus ke dalam jurang yang sangat dalam, kelam, hingga aku tak tahu apa yang ada di sekitarku dan bagaimana caraku untuk bisa merangkak kembali. Aku bahkan tak memiliki keyakinan untuk bisa menggapai tempat dimana aku berdiri sebelum terjatuh tadi, apalagi untuk bisa lebih tinggi dari itu. Aku berusaha untuk melupakan semua, akan tetapi semakin keras usahaku untuk melupakan semakin jelas ingatan itu tertancap di kepalaku. Berbagai macam rintangan sudah menungguku di depan sana, bahkan untuk memulainya pun aku terlalu takut, terlalu takut membayangkan bagaimana jika aku terjatuh lagi.
Masalah demi masalah pun selalu menghampiri kehidupanku sebagai seorang santri. Belum habis masalahku yang ditinggal paksa oleh orang tuaku di pondok ini, masalah baru pun datang. Teman-temanku mengucilkanku karena lemariku yang kurang rapi. Lemari itu akan rapi jika kakak kelas lima yang bertugas sebagai pengawas di kamar itu membantuku merapikannya, namun itu tidak bertahan lama. Ahh, betapa cerobohnya tanganku ini. Belum sampai setahun umurku di pondok ini, aku mendapat julukan yang disematkan setelah namaku. Julukan itu merajalela ke berbagai kelas, mulai dari teman, kakak kelas, hingga guru pun memanggilku dengan julukan itu. Bahkan Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) yang dianggotai oleh kelas lima KMI pun sering bertanya kepadaku dengan julukan itu, “Strong, kamu lagi, apa kamu tidak bosan melanggar peraraturan di pondok ini?”
Baca selengkapnya di sini
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
Nikmat dan Terjangkau, Ini 7 Ketan Paling Dicari di Surabaya
-
Bank Indonesia Upayakan Kartu Nusuk Jemaah Haji Terintegrasi QRIS
-
Update Harga Iphone Terbaru Juli 2025, Lagi Banyak Diskon Nih!
-
Membangun Hubungan Industrial Harmonis, Menaker Yassierli Tekankan Pentingnya Kearifan Lokal
-
Gubernur Koster Ajak Universitas Terbuka Dukung Program 1 Keluarga 1 Sarjana