Lomba Cerpen Santri 2018

Laka

| Selasa, 06/11/2018 19:52 WIB
Laka Dok Radarbangsa

Oleh: Ahmad Imam

RADARBANGSA.COM - Kalam-kalam Ilahi mengalun di setiap sudut telingaku. Lafadz-lafadz lirih yang terucap dari lisan-lisan mencari ridho Ilahi bak suara biola terlepas atas dawainya, sedetik pun tak pernah nampak dibenakku juga tak pernahku gadang sebelumnya tuk ijakkan kaki di tempat yang beralas ubin-ubin berlubang sana-sini nan dingin di saat menjelang fajar. Tak pelak semua itu buatku makin tak betah tuk berlama-lama di tempat ini. Kumasih terbayang akan nasib kawan dan pujaan hati, lima hari sebelum kedatangan ku di tempat ini, ku masih bersama mereka ditempat indah nan sejuk. Momen yang sulit tuk melupakannya, hari pun beranjak petang sang mentari telah tidur manis di peraduannya. Panggilan Sang Ilahi menggema di langit biru kemerah-merahan pertanda tuk menghadap Sang Ilahi bagi orang yang beriman pada ajaran sang nabi penutup.

Sesampainya di rumah, aku sucikan diriku dari kotoran dan keringat. Terdengar suara mama memanggil ku dari luar bilik.

 "Nabila Ariska kesini nak, ditunggu papa diruang tamu," ujar mama. "Ia ma, ku akan cepat kesana," ujarku sambil tangan sibuk merapikan baju.

Aku pun melangkah mendekati mama dan papa di ruang tamu dengan hidangan secangkir teh yang masih hangat. Aku duduk disebelah mama.

 "Ris, Papa ingin mengajukan pernyataan padamu." memulai perbincangan diantara kita.

Sontak aku kaget karena jarang sekali ayah bertanya padaku, akupun juga jarang bersamanya karena dari pagi aku keluar bersama kawan-kawan ku tak ketinggalan sang pujaan hatiku, dan akupun kembali saat mentari telah tidur manis diperaduannya. Nafasku makin tak teratur karena pernyataan Papa yang di ajukan padaku.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait