Lomba Cerpen Santri 2018
New Sun
Oleh: Amaranggana Lintang Palupi Salsabillah
RADARBANGSA.COM - Semilir angin di malam hari masih saja di rasakan di waktu subuh ini. Embun pagi masih membasahi rerumputan. Mentari masih malu untuk menyinari bumi. Namun ustadzah sudah siap untuk membangunkan para santri khususnya naqibah.
“qumi-qumi ya ukhti....”
(ayo bangun....)
“ah....still sleepy” timbalku sambil membalikkan badan, ku kira yang membangunkanku tadi
adalah temanku tapi ternyata itu ustazah.
“hah!! Ustazah....waduh kirain Adiba” gumamku di dalam hati.
“quikly wake up,later you will late!” ustazah membangunkanku untuk yang kedua kalinya
Aku bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudu dan bersiap-siappergi ke masjid untuk salat subuh berjamaaah. Pagi ini aku merasakan ada semangat yang baru, karena pagi ini aku akan memulai kehidupan baruku menjadi seorang naqibah bukan menjadi anggota lagi. Aku sudah hidup di pondok lebih dari tiga tahun dan kini memasuki tahun ke empat. Di pondok ini, aku harus belajar untuk membimbing adik kelasku.
Kehidupan di pondok pesantren, kita diajarkan untuk hidup mandiri. Setiap hari kami diwajibkan berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris ataupun bahasa Arab. Walaupun aku sendiri belum fasih menggunakan bahasa Inggris maupun Bahasa Arab.
Hari demi haripun berganti, baru saja aku duduk di kelas satu SMA, tapi mengapa aku merasakaan perasaan jenuh dan bosan. Dulu, aku adalah santri yang baik, tidak pernah melanggaran peraturan. Namun aku merasa hampa dengan hidupku yang hanya lurus tanpa
ada liku-likunya.
Baca selengkapnya di sini
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
Timnas Indonesia U-23 Kalah dari Irak, Shin Tae-yong Ungkap Penyebabnya
-
Menteri Keuangan Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Masih Terjaga, ini Alasannya!
-
AMIN Sapa Rakyat Aceh, Gus Imin: Perjuangan Perubahan Kita Lanjutkan
-
Mendagri Sebut Jadwal Pilkada Serentak 2024 Tidak Ada Perubahan
-
Segera IPO, Vidio Targetkan 8 Juta Pelanggan dalam 2 Tahun