Lomba Cerpen Santri 2018
Melukis Senyum Kiai
Oleh: Fathor Rosy
RADARBANGSA.COM - Malam beringsut dengan jejak yang dingin. Suara santri yang sebelumnya menghafal nazam imrithi mulai sunyi setelah mereka tidur, berganti bunyi cecak dan suara semilir angin, yang menggesek-gesek sanggul daun mangga di halaman pondok, angin itu pun berembus ke dalam pondok lewat daun pintu yang masih terbuka.
Mathalil merasakannya bagai sisiran lirih angin tenggara yang bertiup di kampungnya, maka ia pun rindu akan eloknya kampung halaman, dan rindu berkumpul dengan orang-orang tercinta. Saat itu pula tiba-tiba tangisnya pecah, air matanya membasahi lantai Pondok Pesantren Miftahul Huda yang retak termakan waktu, menampakkan liuk garis renggang dari pintu ke bawah sebuah lemari.
Tepat di salah satu sudut kamar pondok, Mathalil bersila dengan wajah murung. Bahunya bersandar pada tembok yang agak buram karena lama tak dicat, pikirannya melayang jauh ke kampung halaman, di mana Mathalil pertama kalinya belajar ditatih kedua orangtuanya.
Sejenak, matanya melirik ke luar jendela; bulan mengapung di sebalik dahan mangga, seolah ia tahu apa yang sedang dirasakan Mathalil malam itu, ia tampak temaram dijilam awan seakan berat melawan kerinduan. Durahem, sahabat Mathalil tiba-tiba beranjak dari sajadahnya usai melaksanakan salat Tahajud, ia menghampiri Mathalil dengan maksud menenangkan.
Baca selengkapnya di sini
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
BNPB Imbau Masyarakat Daerah Longsor Tingkatkan Kesiapsiagaan Bencana
-
Polisi Ungkap Omzet Judi Online yang Dibongkar Capai Rp30 Miliar
-
Taklukan KSPSI 1973, FSP RTMM Juara Bulutangkis Pekan Olahraga Buruh Tangerang
-
Kuartal Pertama 2024, Sri Mulyani Ungkap Pemerintah Pusat Telah Belanjakan Rp427 Triliun
-
Pemkot Tangerang Raih Pengharggan Pemerintah Daerah Terbaik