Konsep, Aspek dan Dimensi Kota Pintar

| Kamis, 20/06/2019 17:39 WIB
Konsep, Aspek dan Dimensi Kota Pintar Billy Aries (pengamat Tata Kota dan Politisi Muda PKB) foto: Istimewa

RADARBANGSA.COM - Kota pintar (smart city) merupakan topik yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Tidak terkecuali partai politik.  CALD salah satunya. Dewan Liberal dan Demokrat Asia (CALD), sebuah jaringan kerja sama partai-partai politik di kawasan Asia, Selama 4 hari sejak tanggal 10-14  menggelar seminar soal kota pintar di Seoul.  Sebenarnya seperti apa konsep kota pintar?  Apa saja aspek yang meliputi dan dimensi-dimensi yang berkaitan dengan kota pintar?  Penulis,  peserta seminar, akan menyajikan untuk pembaca.

Saat ini diseluruh dunia, kota-kota sedang mengalami dua transformasi penting. Pertama: mereka tumbuh. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, mayoritas populasi dunia tinggal di daerah perkotaan. Kedua: mereka sedang berevolusi menjadi kota pintar. Sebuah kota yang mampu mengumpulkan dan menganalisa data melalui proses komputasi dan otomatisasi untuk meningkatkan kwalitas hidup penghuninya.

Kota pintar secara sederhana didefinisikan dengan kota yang menggunakan sensor, data, dan analitik untuk mengatasi dan mengelola sistem sanitasi, meningkatkan jaringan transportasi, pemantauan lingkungan dan pemberian layanan pemerintahan dengan lebih efisien. Sebagian besar aplikasi kota pintar dibangun diatas Internet of Things.

Sekalipun belum banyak riset yang menghadirkan  potensi/manfaat ekonomi dan sosial yang akan dihasilkan oleh kota pintar, namun, kisah sukses pengadopsi awal kota pintar sangat menjanjikan. Misalnya, Santander, Spanyol mampu memangkas biaya energi hingga 25% dengan memasang lampu jalan pintar yang secara otomatis redup ketika tidak ada orang di sekitarnya. Di Seoul, Korea Selatan, kaleng sampah pintar yang dapat dipantau oleh pekerja kota secara real time mengurangi limbah biaya pengumpulan sebesar 83 %.  Dan di Israel, kota-kota Yerusalem dan Netanya menggunakan jaringan sensor untuk secara cepat mengidentifikasi kapan dan dimana kebocoran terjadi dalam infrastruktur air mereka dan akan menggunakan data dari sistem ini untuk melakukan pemeliharaan preventif untuk mencegah semburan pipa yang mahal.

Meskipun contoh-contoh diatas hanya menggoreskan permukaan manfaat kota pintar, masuk akal untuk berasumsi bahwa di kota pintar, sebagian besar fungsi kota dapat menjadi lebih efisien, responsif dan efektif.

Bagaimana peran pemerintah pusat dan daerah dalam membangun kota pintar? Saat pemerintah daerah berperan mengelola banyak transformasi ini, pemerintah pusat memiliki peran penting dalam mempercepat dan mengoordinasikan pengembangan kota pintar. Tidak bisa dipungkiri, bahwa keberhasilan jangka panjang kota-kota pintar di banyak negara, sangat tergantung pada apakah pemerintah pusat mendukung pembangunan ini. Kota tidak dapat melakukan evolusi sendiri menjadi kota Pintar.

Munculnya kota-kota pintar merupakan sebuah evolusi yang diawali dari keterbatasan dimasa lalu. Dimana sebagian besar sistem perkotaan — jalan, transit, sistem pembuangan limbah, jaringan listrik, dan bangunan — hanya memiliki sedikit kemampuan untuk mengukur, mendata dan memaksimalkan kinerja yang mereka miliki. Dengan pengembangan teknologi baru untuk mengumpulkan, menganalisis, menindaklanjuti, dan berbagi data kota, infrastruktur dan layanan perkotaan tidak lagi harus statis dan tidak responsif, tetapi sebaliknya dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan.

Kota-kota dari semua ukuran mulai menggunakan berbagai teknologi, termasuk sensor berbiaya rendah, sistem komunikasi nirkabel, seperangkat alat untuk menyimpan berbagai data, dan sistem analitik data canggih untuk beroperasi secara lebih cerdas. Kota-kota dapat menggunakan teknologi ini untuk mengatasi banyak tantangan utama; seperti kemacetan lalu lintas, kejahatan, dan polusi, serta untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya beragam layanan pemerintah.

Konsep Kota Cerdas (smart city) awalnya diciptakan oleh perusahaan IBM. Sebelumnya berbagai nama sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital city atau Kota Cerdas (smart city). Intinya Kota Cerdas (smart city) ini menggunakan teknologi informasi untuk menjalankan roda kehidupan kota yang lebih efisien. Saat ini para pakar dari banyak ahli menghadirkan konsep kota pintar sebagai jawaban pengembangan kota.

Kota Cerdas (smart city) bertujuan membantu masyarakat yang berada di dalamnya  untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya. Kota Cerdas (smart city) bercirikan integrasi informasi dalam kehidupan masyarakat kota, berkelanjutan, hemat energi, serta komunitas yang ramah sosial yang bagi yang tinggal dan berkunjung kesana. 

Kota Cerdas (smart city) juga didefinisikan sebagai kota yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat (Caragliu,A ., dkk dalam Schaffers,2010:3).

Beberapa elemen kunci dari Kota Cerdas meliputi: Ketersediaan akses internet nirkabel di mana saja, akses terhadap listrik yang ramah lingkungan dan yang cukup dibanyak sektor, serta infrastruktur mobiltas  terhubung yang melayani kebutuhan warga kota. Selain itu, adanya smart street lighting - pencahayaan yang hidup atau mati berdasarkan keberadaan kendaraan dan manusia, smart parking - sistem parkir yang menjaga lalu lintas tetap mengalir. Elemen kunci lainnya adalah; sistem air cerdas - mulai dari deteksi kebocoran hingga sistem sprinkler pintar untuk menghemat dan mengelola air, smart buildings - pemanasan dan pendinginan pintar, ventilasi, dan sistem pencahayaan.

Saat teknologi memainkan peran penting di kota pintar,  masa depan sebenarnya bukan tentang teknologi sebagai tujuan itu sendiri, melainkan pada upaya peningkatan pelayanan kebutuhan berbagai pemangku kepentingan yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat atau kelompok. Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah sosial sambil meningkatkan kualitas hidup adalah definisi "pintar" yang sesungguhnya.

Kota Cerdas (smart city) mempunyai 6 dimensi, yaitu Smart Government, Smart Economy, Smart Live, Smart Living, Smart People, dan Smart Mobility. Enam dimensi inilah yang menjadi tujuan dibangunnya kota pintar. Sudah sampai dimana “kota pintar” di kotamu?

Oleh: Billy Ariez (Pengamat Tata Kota dan Politisi Muda PKB)

Tags : Smart City , PKB , Smart Government , Smart Economy

Berita Terkait