Ada 3 Fenomena Langit Malam Ini, Puncaknya Hujan Taurid Selatan

| Jum'at, 05/11/2021 18:03 WIB
Ada 3 Fenomena Langit Malam Ini, Puncaknya Hujan Taurid Selatan Fenomena langit (foto:lapan)

RADARBANGSA.COM - Malam ini langit akan sedikit ramai dengan kehadiran tiga fenomena langit yang bisa disaksikan. Ketiga fenomena langit malam ini adalah oposisi solar Uranus, puncak hujan meteor Taurid Selatan dan fase bulan baru.

Berikut ini penjelasan tiga fenomena langit dan cara menyaksikannya:

1. Fenomena oposisi solar Uranus

Mengutip Kompas.com, oposisi solar Uranus adalah konfigurasi ketika Uranus, Bumi dan dan Matahari berada pada satu garis lurus. Oposisi pada Uranus sama seperti fase oposisi atau purnama pada Bulan, sehingga Uranus dapat terlihat paling terang jika diamati dari Bumi. 

Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang mengatakan, ketika oposisi, Uranus berada di bawah ufuk arah barat-barat laut dan berjarak 18,74 sa atau 2,81 milyar km dengan diameter sudut 3,66 detik busur. 

Uranus dapat disaksikan sejak awal senja bahari yakni 25 menit setelah Matahari terbenam, dari arah timur-timur laut hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari sekitar 25 menit sebelum Matahari terbit dari arah barat-barat laut dan terletak di antara konstelasi Aries dan Cetus. 

"Tidak terdapat interferensi cahaya dari Bulan yang dapat mengurangi intensitas cahaya Uranus dikarenakan Bulan masih berfase Bulan Baru," kata Andi menjelaskan fenomena langit yang akan terjadi malam ini kepada Kompas.com, Sabtu (30/10/2021).

Puncak fenomena langit oposisi Uranus pada malam ini, terjadi pada pukul 07.08 WIB, 08.08 Wita, 09.09 WIT dengan magnitudo visual sebesar +5,7. 

Untuk dapat melihat oposisi solar Uranus, diperlukan teleskop berdiameter lensa kecil (< 25 cm) dan dengan kondisi cuaca yang cerah, bebas dari polusi cahaya dan penghalang apapun di sekitar medan pandang. 

2. Fenomena puncak hujan meteor Taurid Selatan

Hujan Meteor Taurid Selatan adalah hujan meteor yang titik radian titik asal munculnya meteornya berada di konstelasi Taurus bagian selatan dekat konstelasi Cetus. 

Fenomena langit hujan Meteor Taurid Selatan malam ini, berasal dari sisa debu komet Encke yang mengorbit Matahari dengan periode 3,3 tahun sebagaimana asteroid 2004 TG10 yang merupakan objek induk hujan meteor Taurid Utara.

Andi menjelaskan, pemisahan hujan meteor Taurid menjadi Taurid Utara dan Selatan disebabkan oleh perturbasi atau perubahan interaksi gravitasi khususnya pada planet Jupiter.

Diketahui bahwa hujan meteor ini aktif sejak 25 September dan masih akan aktif hingga 25 November dan intensitas maksimumnya terjadi pada 6 November 10.35 WIB, 11.35 Wita, 12.35 WIT. 

Untuk dapat mengamati fenomena langit dari puncak hujan meteor Taurid Selatan ini, Anda bisa menyaksikannya sejap pukul 18.30 waktu setempat mulai malam ini, Jumat (5/11/2021) dari arah timur-timur laut.

Fenomena langit malam ini dari hujan meteor ini masih bisa diamati hingga pukul 04.30 waktu setempat keesokan pagi, Sabtu (6/11/2021) dari arah barat-barat laut.

Adapun, intensitas maksimum hujan meteor ini berkisar 4 meteor per jam untuk wilayah Indonesia dikarenakan ketinggian titik radian ketika transit bervariasi antara 64-81 derajat. 

Untuk dapat menyaksikannya dengan baik, pastikan medan pandang bebas dari penghalang, polusi cahaya dan awan saat mengamati hujan meteor ini. 

"Tidak perlu menggunakan alat bantu apapun kecuali jika ingin merekamnya, dapat menggunakan kamera all-sky dengan medan pandang 360 derajat yang diarahkan ke zenit," jelasnya.

3. Fenomena Fase Bulan Baru

Fase Bulan baru, disebut juga konjungsi solar Bulan, adalah konfigurasi ketika Bulan terletak di antara Matahari dan Bumi dan segaris dengan Matahari dan Bumi. 

Mengingat orbit Bulan yang membentuk sudut 5,1 derajat terhadap ekliptika, bayangan Bulan tidak selalu jatuh di permukaan Bumi ketika fase Bulan baru, sehingga setiap fase Bulan baru tidak selalu beriringan dengan gerhana Matahari. 

Fase Bulan Baru kali ini terjadi pada 5 November pukul 04.14 WIB, 05.14 Wita, 06.14 WIT dengan jarak 359.854 km dari Bumi dan terletak di konstelasi Libra.

Andi menjelaskan, kondisi langit pada 5 November tengah malam, Saturnus sudah terbenam sedangkan Jupiter berada di ufuk rendah (ketinggian < 15 derajat) arah barat dan mulai terbenam satu jam kemudian. 

Jupiter dan Saturnus dapat disaksikan kembali sejak awal senja bahari yakni 25 menit setelah Matahari terbenam hingga tengah malam keesokan harinya. 

Sementara itu, Mars berada cukup dekat dengan Matahari sehingga tidak dapat disaksikan sepanjang malam. 

Merkurius dapat disaksikan sejak awal fajar bahari atau sekitar 50 menit sebelum Matahari terbit selama 25 menit dari arah timur. 

Venus dapat disaksikan selama 3 jam sejak awal senja bahari di arah barat-barat daya. 

Sedangkan, ketinggian Bulan di Indonesia ketika terbenam Matahari bervariasi antara +4,94 derajat (Jayapura) hingga +6,28 derajat (Pelabuhanratu) dengan sudut elongasi terhadap Matahari bervariasi antara 5,63 derajat (Jayapura) hingga 7,32 derajat (Sabang) sehingga Bulan dapat diamati menggunakan alat bantu.

 

Tags : fenomena langit

Video Terkait