Cak Imin: Pemimpin Muda Transformatif

| Senin, 20/11/2017 07:45 WIB
Cak Imin: Pemimpin Muda Transformatif Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Ist

RADARBANGSA.COM - Ada fenomena baru dalam dunia politik. lima tahun terakhir ini kita disuguhi dengan tampilnya pemimpin-pemimpin muda di tanah air yang lahir dari sebuah proses pemilu yang demokratis. Mereka hadir dengan gagasan politik yang progresif, kreatif dalam menjual program, cita-cita dan kemampuan menghadirkan perubahan—mereka paham akan kehendak jaman kalau perubahan itu membutuhkan energy—dan energy yang full hanyalah energy yang dimiliki oleh kaum muda. M. Zainul Majdi atau yang biasa disapa Tuan Guru Bajang (Gubernur NTB), M. Ridho Ficardo (Gubernur Lampung), Zumi Zola (Gubernur Jambi), Makmun Ibnu Fuad (Bupati Bangkalan), Mardani Maming (Bupati Tanah Bumbu), Yopi Arianto (Bupati Indragiri Hulu), Muhammad Syahrial (Wali Kota Tanjung Balai), Indah Putri Indriani (Bupati Luwu Utara), dan masih banyak lagi, pemimpin-pemimpin muda masa depan yang lahir dari perut bumi nusantara.

Potret kepemimpinan baik lokal maupun nasional telah mengalami pergeseran paradigma. Kalau dulu, kita melihat, kepemimpinan nasional maupun di tingkat lokal hanya didominasi oleh kelompok tua, sekarang sudah tidak lagi, justru ruang untuk anak-anak muda berprestasi mengambil bagian dalam proses kepemimpinan lokal semakin terbuka lebar. Pada level nasional juga seperti itu, pimpinan-pimpinan partai politik kebanyakan berasal dari kelompok muda, mereka hadir dengan perspektif baru akan pentingnya pembangunan bangsa.

Diantara anak-anak muda yang hari ini berkiprah dalam dunia politik nasional, nama Abdul Muhaimin Iskandar yang paling bersinar. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa ini memiliki track record kepemimpinan sudah teruji semenjak dia terpilih sebagai ketua umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia tahun 1994-1997. Diusia yang relatif masih cukup muda, Cak Imin sudah terpilih menjadi sebagai Wakil Ketua DPR RI selama dua periode, terhitung dari periode 1999-2009. Di tahun 2009, Sukses menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI selama dua periode, Cak Imin diamanahi tanggung jawab sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi di kabinet Indonesia Bersatu Jilid II pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Cak Imin juga dikenal dalam dunia politik sebagai teman perjuangan yang loyal dan punya komitmen tinggi. Dia tidak pernah mengkhianati proses yang sedang berjalan, bagi pria kelahiran Jombang, 24 September 1966 ini, komitmen itu adalah prinsip dasar dia dalam berpolitik, sesuatu yang jarang kita ketemukan dalam diri para politisi di bangsa ini. Sebagai pimpinan partai politik yang punya kontrak politik dengan SBY selaku presiden, Cak Imin menjaminkan kesetiaan Partai Kebangkitan Bangsa sampai selesai kepemimpinan SBY tahun 2014—janji politik itu dia tunaikan sampai dengan selesai masa bakti SBY.
 
Sukses menjadi mitra koalisi yang baik dengan pemerintahan SBY, Cak Imin membetuk poros baru dengan PDIP dengan mengusung pasangan Jokowi-JK dalam pilpres 2014. Tampil memukau dalam tim pemenangan pasangan Jokowi-JK, Partai Kebangkitan Bangsa bersama ketiga partai lainnya berhasil mengantarkan pasangan yang mengusung tagline Indonesia Hebat (Jokowi-JK) sebagai ideologi perjuangannya keluar sebagai pemenang pemilihan presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. Kemenangan ini sekaligus membuahkan empat porsi menteri milik kader-kader PKB karena dianggap berperan penting dalam kemenangan pasangan Jokowi-JK. Segudang prestasi yang ditorehkan oleh Cak Imin telah menjadikannya sebagai sosok inspirator anak muda. Penampilannya yang gemilang baik dalam dunia politik maupun konstribusinya terhadap pembangunan bangsa membuat Universitas Airlangga menganugerahinya sebuah penghormatan gelar doktor honoris causa di bidang sosiologi politik. Sebuah gelar kehormatan dan tertinggi di Universitas yang tidak bisa didapatkan oleh sembarangan orang, hanya tokoh-tokoh tertentu saja yang dianggap telah berkonstribusi nyata terhadap dunia kampus (Universitas Airlangga) dan kehidupan sosial masyarakat.  Berbagai pengakuan atas prestasi inilah yang membuat ekspektasi generasi muda kepada Cak Imin untuk menjadi pemimpin nasional sangat besar.

Cak Imin dianggap memiliki kapasitas politik dan basis yang cukup signifikan untuk mengambil bagian dalam sirkulasi kepemimpinan nasional pada pilpres 2019. Pandangan ini bukan tanpa alasan—selain merepresentasi kultur NU sebagai organisasi Islam terbesar dengan jumlah pengikut hampir 100 juta orang, Cak Imin juga memiliki pengaruh dikalangan generasi muda milenial yang jumlah pemilihnya separuh dari jumlah pemilih nasional.

Menurut saya, Cak Imin memiliki modal politik yang cukup kuat untuk memasuki gelanggang politik nasional sebagai Capres maupun Cawapres. Kemenangan Emmanuel Macron dalam pemilihan presiden prancis, Justin Trudeau yang terpilih sebagai perdana menteri Kanada dan Sebastian Kurz yang memastikan diri sebagai Kanselir Austria setelah partai yang dipimpinnya, Partai Rakyat Austria berhasil memenangi pemilu parlemen Austria membuktikan bahwa ini adalah era anak muda—sudah saatnya anak muda mengambil alih kepemimpinan nasional, karena ditangan anak mudalah harapan akan perubahan itu bisa terlaksana. Kalau prancis punya Emmanuel Macron, Kanada punya Justin Trudeau dan Austria punya Sebastian Kurz, maka Indonesia sudah pasti punya Abdul Muhaimin Iskandar, pemimpin muda transformatif dan progresif.

Oleh: Alghazali Musa’ad (Ketua Umum Pengurus Besar Anak Muda Indonesia/AMI)

Tags : Cak Imin , Pemimpin Muda , Milenial

Berita Terkait