65% Masyarakat Indonesia Tertarik Investasi di Sektor Hijau

| Senin, 18/07/2022 14:19 WIB
65% Masyarakat Indonesia Tertarik Investasi di Sektor Hijau Bisnis EBT Makin Banyak Diminati (Foto: Katadata)

RADARBANGSA.COM - Dalam rangka net zero emission, potensi investasi hijau di Indonesia dinilai sangat besar dan bervariasi. Tak heran jika dalam Survei KIC, ditemukan sebanyak 65% responden tertarik dalma berinvestasi di sektor ini.

“Berdasarkan survei KIC tahun 2022, 65% responden Indonesia tertarik pada Investasi Hijau. Ini tahapan yang bagus, karena sebagai perwujudan komitmen keberlanjutan sebagaimana konsep green finance, yang bertujuan mendorong pembiayaan usaha yang ramah lingkungan dan penggunaan energi bersih,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti belum lama ini.

Deputi Nani memaparkan, dengan banyaknya peminat ini, perlu terlebih dahulu dipahami peraturan yang mendorong Investasi Hijau itu sendiri di antaranya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pendorong praktik keuangan berkelanjutan, dan Taksonomi Hijau Indonesia (THI) yang disusun untuk memudahkan lembaga jasa keuangan (LJK) dalam menilai aktivitas ekonomi debitur terkait mitigasi perubahan iklim.

“Indonesia sendiri memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat besar, baik dari sektor energi, agrikultur, dan perikanan. Hal ini tentunya dapat menjadi peluang tersendiri dalam Investasi Hijau,” ujarnya.

Adapun program investasi hijau itu sendiri yakni Energi Baru Terbarukan (EBT), Landscape Berkelanjutan, Kendaraan Listrik, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Green Industrial Park, dan Perikanan Berkelanjutan.

“Utilisasi sumber energi terbarukan baru mencapai 2.5% dari total potensi EBT Indonesia yang besar dan tersebar merata di seluruh wilayah. Selain itu, Indonesia berkomitmen mengembangkan pembangkit Listrik Energi Terbarukan 2021-2030 – RUPTL Hijau dengan penambahan pembangkit listrik tenaga terbarukan ditargetkan mencapai sekitar 21 GW,” ujarnya.

Sementara untuk potensi landscape berkelanjutan itu seperti Mangrove-Lamun, di mana potensi karbon dari mangrove dan lamun di Indonesia dapat mencapai 3.4 Miliar ton karbon, serta hutan di mana luas kawasan hutan di Indonesia 120.783.631 ha atau 63% dari luas daratan.

“Sedangkan untuk kendaraan listrik, yakni ditargetkan jumlah Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) mencapai 15 juta unit pada 2030, dengan terdiri dari 13 juta unit (roda 2) dan 2 juta unit (roda 4). Kemudian KEK Green Industrial Park itu seperti di Kalimantan Utara (Kaltara), dan Perikanan berkelanjutan, yakni potensi ekonomi biru di Indonesia di mana komitmen kita untuk menjaga keseimbangan ekologi dan ekosistem laut dan pesisir serta sumber dayanya serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kesejahteraan masyarakat pesisir,” papar Deputi Nani.

“Oleh sebab itu, dalam seminar ini, harapan saya agar kita semakin intens berkoordinasi dan berkolaborasi dalam melaksanakan program prioritas nasional dan percepatan perkembangan program tersebut sehingga memberikan hasil yang maksimal,” pungkasnya.

Tags : Investasi , Sektor Hijau