Adab Saat Menerima Tamu

| Jum'at, 12/03/2021 18:05 WIB
Adab Saat Menerima Tamu Bersalaman (sumber:geotimes.co.id)

 RADARBANGSA.COM - Bukan hanya bertamu yang memiliki adab, Islam mengatur segala kehidupan manusia di dunia, salah satunya juga adab ketika menerima tamu. Menerima dan memuliakan para tamu adalah salah satu macam silaturahim yang mengandung begitu banyak manfaatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadisnya menegaskan mengenai anjuran memuliakan para tamu:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan tamunya,” (HR Muslim).

Bentuk atau cara memuliakan tamu bisa dilakukan dengan menjaga adab dan etika yang berlaku ketika seseorang kedatangan tamu di dalam rumahnya. Dalam kitab Ghida’ al-Albab Syarh Mandzumah al-Adab dijelaskan secara ringkas, macam-macam adab dalam menerima tamu:

مِنْ آدَابِ الْمُضِيفِ أَنْ يَخْدُمَ أَضْيَافَهُ وَيُظْهِرَ لَهُمْ الْغِنَى، وَالْبَسْطَ بِوَجْهِهِ، فَقَدْ قِيلَ: الْبَشَاشَةُ خَيْرٌ مِنْ الْقِرَى -وَمِنْ آدَابِ الْمُضِيفِ أَيْضًا أَنْ يُحَدِّثَهُمْ بِمَا تَمِيلُ إلَيْهِ أَنْفُسُهُمْ، وَلَا يَنَامَ قَبْلَهُمْ، وَلَا يَشْكُوَ الزَّمَانَ بِحُضُورِهِمْ، وَيَبَشُّ عِنْدَ قُدُومِهِمْ، وَيَتَأَلَّمُ عِنْدَ وَدَاعِهِمْ، وَأَنْ لَا يَتَحَدَّثَ بِمَا يُرَوِّعُهُمْ بِهِ، بَلْ لَا يَغْضَبُ عَلَى أَحَدٍ بِحَضْرَتِهِمْ لِيُدْخِلَ السُّرُورَ عَلَى قُلُوبِهِمْ بِكُلِّ مَا أَمْكَنَ . وَعَلَيْهِ أَيْضًا أَنْ يَأْمُرَ بِحِفْظِ نِعَالِ أَضْيَافِهِ، وَيَتَفَقَّدَ غِلْمَانَهُمْ بِمَا يَكْفِيهِمْ، وَأَنْ لَا يَنْتَظِرَ مَنْ يَحْضُرُ مِنْ عَشِيرَتِهِ إذَا قَدَّمَ الطَّعَامَ إلَى أَضْيَافِهِ

“Sebagian adab penerima tamu (kepada tamunya) adalah (1) melayani para tamu (dengan menyediakan jamuan), (2) menampakkan kondisi serba cukup, dan (3) menunjukkan wajah gembira—ada pepatah mengatakan, ‘Menunjukkan wajah riang gembira lebih baik dari memberi suguhan (tanpa disertai wajah yang gembira), (4) mengajak ngobrol para tamu dengan hal-hal yang disukai mereka, (5) tidak tidur terlebih dahulu sebelum mereka pergi atau beristirahat, (6) tidak mengeluh tentang waktu dengan kehadiran mereka, (7) menampakkan wajah berseri-seri ketika para tamu datang, (8) merasa sedih saat mereka pergi, (9) tidak bercakap tentang sesuatu yang  membaut mereka takut, (10) tidak marah kepada siapa pun selama mereka bertamu agar sebisa mungkin tetap tertanam suasana bahagia di hati mereka. Bagi penerima tamu, (11) hendaknya memerintahkan kepada para tamu agar menjaga sandal mereka, (12) memberi sesuatu (oleh-oleh) kepada anak-anak kecil dari para tamu, dan (12) tidak menunggu orang yang akan datang ketika ia masih menyuguhi jamuan kepada para tamunya,” (Muhammad bin Ahmad bin Salim as-Safarini, Ghida’ al-Albab Syarh Mandzumah al-Adab, juz 2, hal. 116-117).

Ketika adab-adab menerima tamu dijalankan dengan cara baik dan benar maka akan menghasilkan rasa nyaman dari para tamu yang hadir, sehingga sialturahim bisa terus dijalin dan memperoleh manfaat yang banyak dari dan untuk kedua pihak, penerima tamu dan tamu.

Tags : Tamu , Adab , Menerima tamu

Berita Terkait