Makruh Kencing Sambil Berdiri

| Rabu, 31/03/2021 20:05 WIB
Makruh Kencing Sambil Berdiri Urinal (foto:freepik.com)

 

RADARBANGSA.COM - Tersedianya urinoar di berbagai tempat fasilitas umum yang telah menjadi model toilet laki-laki sekarang ini, bertentangan dengan adab buang hajat dalam syariat Islam yang menganjurkan melakukannya dengan cara duduk, baik ketika membuang air kecil ataupun air besar. Dalam hal ini Aisyah RA menjelaskan:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَنْ حَدَّثَكُمْ أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَالَ قَائِمًا فَلَا تُصَدِّقُوْهُ مَا كَانَ يَبُوْلُ إِلَّا جَالِسًا

“Diriwayatkan dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha beliau berkata, ‘Barangsiapa yang berkata bahwa Rasulullah SAW kencing dengan berdiri, maka jangan kalian benarkan. Rasulullah SAW tidak pernah kencing kecuali dengan duduk’.” (HR. An-Nasa’i)

Buang hajat dengan cara berdiri adalah cara yang tidak baik dan tidak dibenarkan dalam syariat. Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Sahabat Jabir bin Abdillah, secara tegas melarang kencing dengan cara berdiri:

نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يَبُولَ الرَّجُلُ قَائِمًا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kencing dengan berdiri,” (HR Baihaqi).

Para ulama menghukumi kencing dengan cara berdiri sebagai perbuatan yang makruh jika dilakukan selama tidak ada uzur (kendala). Perbuatan tersebut ada baiknya dihindari walaupun tidak sampai terkena dosa bagi yang melakukannya. Namun, hukum makruh akan hilang jika seseorang memiliki uzur, seperti jika sedang sakit yang menyebabkan sulit atau sakit ketika kencing dengan cara duduk.

Lebih rinci hukum kencing dengan cara beridiri, dijelaskan oleh Syekh Sulaiman al-Bujairami:

ويكره أن يبول قائما من غير عذر لما روي عن عمر رضي الله عنه أنه قال : ما بلت قائما منذ أسلمت ، ولا يكره ذلك للعذر لما روى {النبي صلى الله عليه وسلم أتى سباطة قوم فبال قائما لعذر} ـ

“Makruh kencing dengan berdiri tanpa adanya uzur, hal ini berdasarkan perkataan Sahabat Umar radliyallahu ‘anhu: ‘Aku tidak pernah kencing dengan berdiri sejak aku masuk Islam. Namun kencing dengan berdiri tidak dimakruhkan tatkala terdapat uzur, berdasarkan hadis ‘Nabi Muhammad mendatangi tempat pembuangan kotoran (milik) sekelompok kaum, lalu kencing dengan berdiri karena adanya uzur,” (Syekh Sulaiman al-Bujairami, Hasyiyah al-Bujairami ala al-Khatib, juz 2, hal. 158).

Dalam menyikapi hadis di atas dngan hadis Aisyah RA, Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan untuk meluruskan kontradiksi hadis tersbut, dalam karyanya Fath al-Bari:

والصواب أنه غير منسوخ والجواب عن حديث عائشة أنه مستند إلى علمها فيحمل على ما وقع منه في البيوت وأما في غير البيوت فلم تطلع هي عليه

“Hal yang benar bahwa kedua hadis yang kontradiktif di atas tidaklah di-naskh (tidak diberlakukan salah satunya). Dalam menjawab hadis ‘Aisyah, bahwa beliau melandaskan perkataannya berdasarkan pengetahuan beliau semata (tentang cara kencing Rasulullah SAW). Maka hadis ‘Aisyah diarahkan atas apa yang terjadi di rumah, adapun di selain rumah, Sayyidah ‘Aisyah tidak mengetahui secara pasti,” (Ibnu Hajar al-Haitami, Fath al-Bari, juz 1, hal. 330).

Disimpulkan melalui ebebrapa keterangan hadis di atas bahwa, kencing dengan cara berdiri dihukumi makruh, Namun jika ada uzur tertentu seperti, di dalam toilet hanya terdapat urinoar yang mengharuskan laki-laki untuk kencing dengan cara berdiri, maka hukum makruh hilang.

 

Tags : Kencing , Berdiri , Urinoar

Berita Terkait