Berbuka Puasa dengan Azan Magrib di TV

| Kamis, 01/04/2021 19:40 WIB
Berbuka Puasa dengan Azan Magrib di TV Azan Magrib TransTV (foto:transTV)

 

RADARBANGSA.COM - Puasa adalah ibadah dengan cara menahan diri dari makanan, minuman dan segala hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Orang yang sedang berpuasa ketika ingin berbuka harus memastikan tenggelamnya matahari sebagai tanda waktu berbuka puasa, namun fenomena yang menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia khususnya di Ibu Kota Jakarta dengan mengikuti azan dalam TV menjadi patokan bebruka puasa.

قوله (والاحتياط أن لا يأكل آخر النهار إلا بيقين) كأن يعاين الغروب ليأمن الغلط (ويحل) الأكل آخره (بالاجتهاد) بورد أو غيره (في الأصح) كوقت الصلاة، والثاني: لا، لإمكان الصبر إلى اليقين.

Artinya, “(Seseorang tidak memakan sesuatu di ujung siang Ramadan sebagai bentuk ihtiyath atau kehati-hatian kecuali berdasarkan keyakinan) yaitu menyaksikan matahari tenggelam agar terjamin dari kekeliruan. (Seseorang boleh) memakan sesuatu di ujung siang Ramadan (berdasarkan ijtihad) yaitu wirid atau lainnya (menurut pendapat yang lebih sahih) seperti waktu salat. Sedangkan pendapat kedua mengatakan tidak boleh memakan takjil karena masih memungkinkan kesabaran sampai benar-benar yakin masuk waktu magrib,” (Lihat M Khatib As-Syarbini, Mughnil Muhtaj, [Beirut, Darul Makrifah: 1997 M/1418 H], cetakan pertama, juz I, halaman 631).

Keterangan di atas menjealskan bahwa beribadah puasa harus dibarengi dengan upaya mencari informasi mengenai datangnya waktu magrib untuk berbuka puasa. Dengan artian tidak boleh menduga-duga atas kedatangan waktu magrib untuk bebruka puasa.

أما بغير اجتهاد فلا يجوز ولو بظن؛ لأن الأصل بقاء النهار، وقياس اعتماد الاجتهاد جواز اعتماد خبر العدل بالغروب عن مشاهدة

Artinya, “Adapun tanpa berdasarkan ijtihad, maka seseorang tidak boleh berbuka puasa meski dengan dugaan karena pada prinsipnya waktu siang masih berjalan. Sedangkan qiyas ijtihad sebagai sandaran buka puasa dimungkinkan sebagaimana kebolehan kabar seorang yang adil atas tenggelamnya matahari berdasarkan kesaksiannya,” (Lihat M Khatib As-Syarbini, Mughnil muhtaj, [Beirut, Darul Makrifah: 1997 M/1418 H], cetakan pertama, juz I, halaman 631-632).

Yang kita tau, azan magrib pada TV disiarkan secara serentak bagi wilayah Jakarta dan sekitarnya, sedangakan terdapat pebedaan waktu sedikit tiap wilayah memasuki waktu magrib. Seseorang yang beribadah puasa boleh menyesuaikan berbuka dengan waktu magrib di stasiun televisi. Namun ada baiknya agar seseorang tersebut menunggu sejenak berbuka puasa dengan memastikan waktu magrib sesuai azan masjid/musala disekitar tempat tinggalnya. 

Ketika waktu magrib telah pasti, maka ketika itu kita disunahkan untuk berbuka puasa sebagaimana keterangan Syekh Ramli berikut ini:  

وَمَحَلُّ النَّدْبِ إذَا تَحَقَّقَ الْغُرُوبُ أَوْ ظَنَّهُ بِأَمَارَةٍ لِخَبَرِ {لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ} مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya, “Kesunnahan penyegeraan berbuka puasa terletak pada kepastian waktu magrib atau dugaan waktu maghrib dengan tanda-tanda tertentu berdasarkan hadis, ‘Orang-orang senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka,’ [HR Muttafaq Alaih],” (Lihat Ar-Ramli, Nihayatul Muhtaj, juz IX, halaman 408).

 

Tags : Puasa , Azan , Magrib , TV

Berita Terkait