Hari Santri 2017

Cak Imin: Santri Millenial Cakap Pelihara Tradisi Lama, Cerdas Manfaatkan Tradisi Baru

| Minggu, 22/10/2017 14:28 WIB
Cak Imin: Santri Millenial Cakap Pelihara Tradisi Lama, Cerdas Manfaatkan Tradisi Baru Cak Imin saat mengadiri Haul KH Syansuri, Pati Jawa Tengah, Jumat 6 Oktober 2017

SIDOARJO, RADARBANGSA.COM - Catatan sejarah kaum santri yang selalu tampil memberi sumbangsih dan mencurahkan darma baktinya bagi eksistensi negara dan Bangsa, baik pada periode prakolonial, zaman kolonial, era kemerdekaan, Orde Baru, dan reformasi tak mungkin bisa terhapus.

Banyak penelitian dan buku sejarah mencatat semua ini. Dan menjadi sebuah fakta sejarah bahwa santri senantiasa memberikan sumbangan maha penting dan berharga bagi masyarakat bangsa, bukan hanya dalam pembentukan karakter positif nan luhur bagi individu-individu anak bangsa, melainkan juga bagi utuhnya sistem Negara Bangsa dengan seluruh pilarnya.

Tokoh Santri Nasional, Abdul Muhaimin Iskandar menuturkan, santri sebagai out put pesantren terbukti tidak hanya mempunyai intelektualitas yang tinggi, tapi juga sosok yang memiliki tingkat spiritual yang sangat baik.

Ya, hal ini lantaran semasa di pondok, santri senantiasa digembleng tentang arti solidaritas, tenggang rasa, kebersamaan dan kesederhanaan dalam kekurangan, nyaris jarang sekali santri memperoleh nikmat yang berlebih, hingga mereka terasah dan terbentuk menjadi pribadi luhur dan beradab.

Namun, dinamika tersebut sontak mengalami perubahan yang cukup signifikan ketika modernitas di hampir setiap lini kehidupan tumbuh subur. Nyaris setiap lini kehidupan manusia dibenturkan dengan berbagai fasilitas yang serba canggih, teknologi informasi berkembang pesat dan bebas dikonsumsi siapapun, tak terkecuali kaum santri.

Menurut Cak Imin (sapaan akrab Abdul Muhaimin Iskandar), saat inilah kaum muda, termasuk santri, masuk pada zona masa yang biasa disebut dengan generasi millennial. Mereka tentu harus mampu beradaptasi dengan pola tersebut dengan tetap mengedepankan sikap moderat dan toleran.

“Menjadi santri harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai akhlakul karimah serta mampu mengisi teknologi dengan nilai ketauhidan. Santri millenial adalah santri yang rahmatan lil `alamin, cinta Islam dan NKRI,” ucap Cak Imin, Minggu 22 Oktober 2017.

Cak Imin menambahkan, santri harus terus mengembangkan diri untuk meneruskan estafet perjuangan para pendahulunya. Nilai perjuangan yang telah diwariskan para Kiai dan Ulama menjadi menu utama yang harus disantap mereka sebagai tameng diri sekaligus masa depan.

Kendati demikian, perlu dipikirkan bagaimana para santri millennial bisa memiliki kemampuan diferensial dan distinctive dalam menghadapi perkembangan perubahan global dan dapat berkiprah dalam wilayah-wilayah sosial, ekonomi, politik maupun pemerintahan.

Namun yang pasti, santri diharapkan bukan hanya sosok yang menguasai kitab-kitab kuning saja tapi juga mampu survive dan memberikan warna tersendiri dalam berbagai sektor kehidupan. Santri juga mesti mempunyai keahlian dibidang kedokteran, kimia, IT dan desain komunikasi visual, astronomi, nuklir, dan lain-lain sehingga mandiri.

"Manfaatkan sosmed sebagai sarana dakwah serta penunjang pengetahuan dan prestasi kaum santri. Kita bentengi bangsa ini dari radikalisme, intoleransi, serta berita hoax yang mengancam persatuan dan kesatuan NKRI," tegas Cak Imin.

Oleh karena itu, santri millennial tentu wajib melakukan jihad-jihad kekinian di zaman yang serba digital ini. Mereka harus menjadi generasi langgas yang moderat dan toleran di dunia maya, sembari memadukannya dengan nilai tradisi luhur khas Nusantara.

Santri harus aktif dan berani mentransfer, mengampanyekan sekaligus mensosialisasikan doktrin Islam yang toleran dan anti kekerasan di dunia maya. “Jadilah santri millenial yang cakap memelihara tradisi lama yang baik serta cerdas memanfaatkan tradisi baru yang lebih baik,” pungkas Cak Imin.

Tags : Cak Imin , Hari Santri 2017

Berita Terkait