Selamat Ulang Tahun ke 93 Pramoedya Ananta Toer

HARI INI, 6 Februari 1925 atau 93 tahun yang lalu, seorang budayawan dan sastrawan terbesar dan terproduktif Indonesia dilahirkan. Sosok yang dibenci di dalam negeri, tetapi dicintai di luar negeri. Sosok yang karya-karyanya dilarang beredar di dalam negeri, tetapi justru menjadi bacaan wajib di beberapa universitas di luar negeri.
Dia adalah Pramoedya Ananta Toer atau Pramoedya Ananta Mastoer atau biasa dipanggil Pram. Dan, meninggal dunia pada tanggal 30 April 2006 di usianya yang ke-81 tahun. Ia lahir di sebuah kampung di Kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah.
Pram, kami tahu Anda terlahir dari seorang ayah bernama Mastoer Imam Badjoeri yang bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah swasta “Boedi utomo” dan ibunya bernama Saidah yang bekerja sebagai seorang penjual nasi di daerah Rembang, Jawa Tengah.
Anda mulai bersekolah di Sekolah Institut Boedi Utomo di Blora di bawah bimbingan ayah yang bekerja sebagai guru di lembaga tersebut. Anda tercatat beberapa kali tidak naik kelas, dasar Anda memang pemalas, tapi berbakat dan cerdas.
Tamat dari Boedi utomo, Anda kemudian bersekolah di Sekolah Teknik Radio Surabaya selama 1,5 tahun (1940-1941). Pada tahun 1942, Anda berangkat ke Jakarta dan bekerja sebagai tukang ketik di Kantor berita Jepang bernama `Domei` pada saat masa kependudukan jepang di Indonesia.
Sambil bekerja, Anda juga mengikuti pendidikan di Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara antara tahun 1942 higga 1943. Tak puas ikut sekolah formasl, Anda lalu kursus Stenografi dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Islam Jakarta pada tahun 1945.
Memasuki masa pasca kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1946, Anda mulai berminat masuk dunia militer. Anda bergabung dan ikut pelatihan militer TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan bergabung dengan Resimen 6 dengan pangkat Letnan Dua dan ditugaskan di Cikampek dan kemudian kembali ke Jakarta pada tahun 1947.
Pram, kami masih ingat betul saat Anda ditangkap Belanda pada tanggal 22 Juli 1947 dengan tuduhan menyimpan dokumen pemberontakan melawan Belanda ketika terjadinya Agresi Militer Belanda I. Anda lalu dijatuhi hukuman penjara dan kemudian dipenjarakan di Pulau Edam, dipindahkan ke penjara di daerah Bukit Duri hingga tahun 1949.
Pram, Anda memang sastrawan dan buyawan panutan. Saat dipenjara, bukannya murung, meratapi nasib selaiknya dirasa narapidana lain, Anda malah banyak sekali menulis buku fenomenal dan cerpen.
Keluar dari penjara, Anda justru semakin menggebu, serius dalami dunia jurnalistik. Hingga Anda bekerja sebagai seorang redaktur di Balai Pustaka Jakarta antara tahun 1950 hingga 1951. Tahun berikutnya, Anda bahkan mendirikan Literary and Fitures Agency Duta hingga tahun 1954.
Anda juga sempat ke Belanda mengikuti program pertukaran budaya dan tinggal di sana selama beberapa bulan. Sepulang dari Belanda, Anda menjadi anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang dikenal sebagai organisasi kebudayaan berhaluan kiri atau menjadi organisasi massa PKI.
Pada tahun 1958, Anda didaulat menjadi pimpinan pusat LEKRA yang bernaung di bawah Partai Komunis Indonesia pimpinan D.N Aidit. Jabatannya sebagai pimpinan pusat Lekra membuat banyak seniman menjadi berseberangan pendapat dengan Anda terutama para seniman yang menentang aliran komunis di Indonesia.
Di tahun 1962, Anda kemudian bekerja sebagai seorang dosen sastra di Universitas Res Republica. Ia juga menjadi Dosen Akademi Jurnalistik Dr. Abdul Rivai dan juga berprofesi sebagai redaktur majalah Lentera.
Pada tahun 1965, suhu politik semakin memanas. Konflik politik antara kelompok kiri dengan kelompok kanan tidak terhindarkan, yang kemudian berujung pada peristiwa G30S/PKI atau GESTOK (Gerakan Satu Oktober).
Presiden Soekarno berhasil digulingkan oleh Mayor Jenderal Soeharto, PKI dilarang, Orde Lama dihilangkan dan diganti dengan Orde Baru. Dan, Anda sebagai salah satu tokoh yang dituding PKI-pun ditangkap serta dipenjarakan tanpa melalui proses peradilan. Beruntung, Anda hanya ditangkap, sementara yang lainnya (ratusan ribu anggota PKI) dibunuh.
Anda berulang kali ditahan, dipenjara, dipindahkan hingga Pulau Nusa Kambangan (Jawa Tengah), dibuang ke Pulau Buru (Maluku) karena Anda disebut bagian dari PKI, ditahan di Magelang (Jawa Tengah) dan sejumlah penjara lainnya.
Tapi satu hal, meskipun pemerintahan Orde Baru melarang Anda untuk menulis, secara diam-diam ternyata Anda tetap menulis. Di pulau Buru inilah, novel semifiksinya ditulis: Bumi Manusia.
Keadilan pun datang, Anda lalu dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat Gerakan 30 September, tetapi masih dikenakan tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999.
Lalu Anda sempat tak sadar diri pada 27 April 2006. Mungkin Anda sudah lelah, Pram. Terbukti dari diagnose dokter yang menyatakan Anda mengalami radang paru-paru, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Padahal, Anda sebelumnya tidak pernah terjangkiti penyakit-penyakit ini.
Itulah kehendak Tuhan, Pram. Perjuangan Anda sudah selayaknya disemai sampai kapanpun oleh generasi penerus bangsa. Karya-karya Anda menjadi pelecut semangat, kritis, agar mereka tak mudah dikibuli oleh bualan janji.
Walaupun pada 30 April 2006 pukul 08.55, Anda dinyatakan wafat dalam usia 81 tahun, tapi sekali lagi, semangat Anda tetap akan terus bersemi, Pram. "Aku ingin hidup, tapi tak membisu. Sebab diam adalah bentuk dari kematian." Selamat Ulang Tahun ke 93, Pram.
REDAKSI
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
Prabowo Resmikan Proyek Baterai Mobil Listrik, Komisi XII: Swasembada Energi Harus Terwujud
-
PSG ke Perempatfinal Piala Dunia Antarklub, Enrique Sebut Persaingan Kian Sulit
-
Soal Kemarau Mundur dan Pendek di DKI Jakarta, Pramono: Harus Siap
-
Gubernur Iqbal Beri Diskon Pajak Kendaraan Bermotor Di NTB Sesuai Tingkat Kepatuhan
-
Komisi II DPR Nilai Putusan MK Soal Pemilu Dipisah Kontradiktif