Anggia Erma Rini: Pengendalian HIV&AIDS, TB dan Malaria Harus Libatkan Semua Pihak

| Rabu, 05/02/2020 16:26 WIB
Anggia Erma Rini: Pengendalian HIV&AIDS, TB dan Malaria Harus Libatkan Semua Pihak Anggota Komisi IX DPR RI Anggia Erma Rini menjadi narasumber dalam diskusi panel di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Rabu (5/2). (Foto: istimewa)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Anggota Komisi IX DPR RI Anggia Erma Rini mengatakan bahwa pengendalian HIV&AIDS, TB, dan Malaria butuh komitmen bersama. Tak hanya pemerintah, tegas Anggia, semua pihak harus terlibat menjaga kesehatan masyarakat.

"Tantangan pengendalian HIV&AIDS, TB, dan Malaria cukup berat karena begitu mudahnya transmisi virus. Komitmen pemerintah, parlemen, lembaga donor, dan teman-teman civil society organization (CSO) sangat dibutuhkan," ujarnya saat menjadi narasumber dalam diskusi panel di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Rabu, 5 Februari 2020.

Baca Juga: Bahtsul Masail PBNU Tentang Farmasi dan Alkes, Anggia: Kebijakan Izin Edar Hak BPOM

Diskusi tersebut bertajuk "AIDS, TB, Malaria Program and Budget Policies towards Achieving 90-90-90, and Elimination of TB and Malaria by 2030 in Indonesia". Diskusi diselenggarakan oleh Global Fund Asia Pasifik (GFAN), Yayasan Spiritia, dan Kemenkes RI.

"Kami di parlemen sangat welcome dengan gagasan-gagasan inovatif dari teman-teman CSO agar intervensi terhadap AIDS, TB, dan Malaria makin nendang. Sudah cukup banyak pendanaan dikeluarkan, berbagai cara dilakukan, namun data menunjukkan ketiganya tidak berkurang. Capaian ARV malah hanya sekitar 17-20 persen," terang Anggia.

Menurut Ketua Umum PP Fatayat NU ini, banyak kepala daerah dan kepala dinas yang tidak menyadari dan belum paham pentingnya mengalokasikan pendanaan untuk sektor kesehatan. "Padahal UU-nya sudah berbunyi alokasi 10 persen dari APBD. Jadi perjuangan kita semua di sektor kesehatan cukup berat, harus lobi sana-sini demi kebijakan pro-kesehatan," tuturnya.

Terhadap populasi kunci ODHA, Legislator Fraksi PKB itu bahkan lebih suka menyebut mereka sebagai mitra strategis. "Kita perlu merangkul semuanya. Ketika kami melibatkan PGI, KWI, dan berbagai lembaga agama dalam Indonesia Interfaith Network on HIV&AIDS, justru tujuannya agar sebagai kelompok agama dapat merangkul ODHA. Bahkan para kiai NU dalam bahtsul masail mengatakan bahwa merespon HIV hukumnya wajib kifayah. Sebab HIV ini sudah darurat," papar Anggia.

Terkait usulan Kaukus TB, Anggia mendorong semua pihak menjadi ambasador untuk mengampanyekan pengendalian AIDS, TB, Malaria.

Baca Juga: Konferensi Internasional Islam, Anggia Respon Isu Kebebasan Beragama Dunia

Sementara itu, Meirinda menekankan pentingnya peran komunitas dalam pendampingan populasi kunci. "Kontribusi komunitas dalam merespon AIDS, TB, dan Malaria menjadi faktor penting dalam pengendaliannya. Kami mengembangkan kelompok dukungan sebaya bersama-sama kawan lain," ujar Meirinda.

Diskusi ini dihadiri peserta dari perwakilan sejumlah Kedubes negara sahabat, Kemenkes, Yayasan Spiritia, komunitas pendampingan AIDS, TB, Malaria, NGO, dan perwakilan kampus. 

Tags : Anggia Erma Rini , HIV&AIDS , GFAN , Kesehatan , PKB

Berita Terkait