Saat PPKM Kualitas Udara Jakata Tidak Membaik

| Jum'at, 06/08/2021 19:15 WIB
Saat PPKM Kualitas Udara Jakata Tidak Membaik Jakarta sedang dingin (foto:LAPAN)

RADARBANSGA.COM - Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di wilayah Pulau Jawa dan bali telah berjalan selama satu bulan lebih. Seriring mobilisasi masyarakat dibatasi, polusi yang dihasilkan kendaraan harusnya turut menurun sehingga dapat memperbaiki kualitas udara wilayah yang dibatasi.

Namun, kenyataannya berdasarkan alat pemantau kualitas udara napas, kualitas udara di wilayah Jabodetabek khususnya tak menjadi lebih baik dengan pengetatan mobilitas masyarakat, bahkan cenderung memburuk. Lantas mengapa hal tersebut bisa terjadi?

NAFAS membandingkan dua minggu sebelum PPKM dan dua minggu selama PPKM. Mereka menggolongkan tingkat kualitas udara dengan kategori Baik, Sedang, Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif (UHSG), Tidak Sehat, Sangat Tidak Sehat dan Berbahaya.

Data NAFAS menunjukan wilayah DKI Jakarta jumlah jam kualitas udara sedang menurun, dan kadar UHSG (Unhealty for Sensitive Groups) cenderung meningkat. Sementara di Bodetabek, perbedaannya bahkan lebih mencolok dengan jam tidak sehat meningkat secara signifikan.

Situasi berbeda malah terjadi di Bali dan Yogyakarta. Karantina PPKM di sana berhasil meningkatkan kualitas udara dengan perbaikan udara baik di Bali cukup signifikan dan kenaikan udara sedang signifikan di Jogja.

Tentunya hasil riset ini menimbulkan pertanyaan, mengapa wilayah Jabodetabek tidak mengalami peningkatan kualitas udara di tengah melambatnya aktivitas masyarakat.

Alasan Pertama, Transportasi bukan satu-satunya sumber polusi udara 

Beberapa aspek yang menyebabkan pencemaran udara di Jakarta yakni:

- Energi (pembangkit listrik tenaga batu bara & gas)
- Industri (pabrik & manufaktur)
- Pembakaran limbah industri (pembakaran sampah)
- Konstruksi
- Industri Ilegal
- Pembakaran sampah pinggir jalan
- Pembakaran lahan pertanian (sekitar Jabodetabek)

Alasam Kedua, Musim Kemarau 

Selama musim hujan November-Maret, kualitas udara jakarta mencapai tingkatan "baik". Karena faktor hujan, kekuatan angin dan arah angin sangat berkontribusi di kualitas udara. Karena faktor tersebut dapat memindahkan polusi dari satu tempat ke tempat lain.

Sejak Mei, cuaca hujan berkurang secara signifikan dan hal tersebut membuat polusi udara yang dihasilkan di Jabotabek tidak ke mana mana. Setelah PPKM dimulai, beberapa hari kualitas udara terlihat lebih baik, tetapi itu hanya terjadi pada hari-hari di mana ada hujan dan angin.

Alasan Ketiga, Aktivitas pembakaran sampah

Pembakaran sampah industri merupakan isu yang berperan cukup bedar dalam pencemara udara di jabotabek. Sebagian besar pembakaran sampah di Jabodetabek terjadi di tengah malam saat asap tidak terlihat, dan menyebabkan kualitas udara Jakarta menjadi yang terburuk antara pukul 8 malam hingga 9 pagi. Berolah raga antara jam 4 sampai 9 pagi sebenarnya bisa jadi tidak menyehatkan karena alasan tersebut.

 

Tags : Udara Jakarta , PPKM , NAFAS

Berita Terkait