Lomba Cerpen Santri 2018

Cahaya Cinta Pesantren

| Rabu, 07/11/2018 18:14 WIB
Cahaya Cinta Pesantren Dok Radarbangsa

Oleh: Kartin Rahmawati

RADARBANGSA.COM - Khodijah! Khodijah!” terdengar suara ibunya memanggil, Ibunya baru pulang dari kebun sedangkan Khodijah baru pulang sekolah. “Iyah ada apa bu?” jawab Khodijah. “Itu…itu…ayah kamu nak”kata ibunya sambil menangis.” ayah kenapa bu?” tanya Khodijah dengan wajah cemas.” Ayah kamu meninggal, sekarang ayah kamu dirumah nenek”. Mendengar kabar tersebut,  Khodijah  pun meneteskan air mata. Kemudian dengan tergesa-gesa mereka berlari menuju ke rumah neneknya. Waktu diperjalanan Khodijah tertinggal oleh ibunya.Tak lama kemudian terdengar suara aneh, dan ternyata Khodijah terpeleset  jatuh  sampai bajunya kotor , Khodijah tidak merperdulikan bajunya yang kotor itu dia terus melanjutkan perjalanan.

” Ayah! ayah! Jangan tinggalkan aku yah! ayah adalah penyemangatku, aku gak mau kehilangan ayah ,ayah segalanya bagiku” teriak Khodijah sambil berlari-lari. Sesampai di rumah nenek , Khodijah langsung mendekati mayat ayahnya. “ Khodijah harus sabar!Khodijah harus ikhlas dengan semua ini, ini semua adalah takdir  Allah ,Khodijah harus bisa menerimanya dengan ikhlas” Bibinya menasehati Khodijah. Khodijah menghiraukan nasehat bibinya dia tetap meneteskan air mata  sambil melihat ayahnya yang terbaring tak berdaya didepannya. Tiba-tiba Khodijah lari keluar kemudian bibinya mengejar. Ternyata Khodijah lari ke WC untuk mengambil air wudhu.

Setelah itu Khodijah langsung mendekati ayahnya lagi sambil membacakan ayat-ayat suci Al-Quran. Tiba-tiba  Khodijah pingsan tidak sadarkan diri, neneknya langsung menghampiri  dan memeluknya.  Tak lama kemudian Khodijah pun sadar. Badan Khodijah sangat lemas dan wajahnya terlihat seperti orang yang sudah  tidak punya harapan lagi.”Khodijah! Khodijah! Terdengar suara ibunya memanggil.” Iyah bu” sahut Khodijah.” Ayo nak kita mandikan mayat ayah!” ajak ibunya. Kemudian mereka pun keluar dan langsung ke tempat pemandian mayat  ayahnya.

“Subhanallah! Semasa hidupnya ayah kamu adalah orang yang baik, dia selalu menolong orang yang sedang kesusahan, dia orang yang murah senyum, kamu sangat beruntung mempunyai ayah yang berakhlak mulia nak” Kata  pak ustadz. Khodijah  tidak menjawabnya dia malah  meneteskan air mata lagi. Tak lama kemudian  pemandian mayat ayahnya pun selesai.

Baca selengkapnya di sini

 

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait