Lomba Cerpen Santri 2018

We Fine

| Rabu, 07/11/2018 18:18 WIB
We Fine Dok Radarbangsa

Oleh: Fitriatul Kamalia

RADARBANGSA.COM - “Nala wahdatul azza...”  Samar-samar terdengar  namaku di panggil, namun aku ragu untuk menjawabnya.

“Nala Wahdatul Azza?”

Suara itu terdengar lagi. “apa di ruangan ini tidak ada yang bernama nala wahdatul azza?” ucap laki- laki dengan celana  katun hitam yang berdiri di depan.

“sa...saya pak” sahutku ragu sambil mengacungkan tangan kanan.

“Tidak dengar dari tadi nala panggil?” dosen itu mulai meninggikan suaranya.

“maaf pak” jawabku tertunduk.

“biasa pak, dia kan SANTRI takut dosa kali kalo ngeluarin suaranya di depan banyak lawan jenisnya seperti di ruangan ini, makanya namanya di absen saja sudah gemetaran, ha...ha....ha...” sahut seorang ber make up tebal di pojok.

Seisi ruangan menertawakanku.

Sekarang aku seakan makhluk asing di ruangan yang dipenuhi suara -suara ledekan pada status SANTRI ku yang hanya aku seorang diri, lain dari itu semuanya berasal dari anak-anak luar yang di bilang kekinian.

“Sudah-sudah, sekarang silahkan kumpulkan tugas kamu ke depan.” Ucap dosen itu menyudahi kebisingan.

......

Lankahku gontai menyusuri jalanan menuju pesantren. Ya.. setiap hari aku berangkat dan pulang berjalan kaki dari pesantren menuju campusku yang letaknya agak berdekatan. Aneh bukan? Jika seorang santri, perempuan pula dibiakan keluar pesantren sendiri menuju campus yang didalamnya terdapat mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari sekolah negeri, tidak ada satupun dari mereka yang bersal dari pesantren sepertiku. Awalnya aku menolak tawaran kyai irsyad untuk melanjutkan studyku di campus ini, sekalipun dengan jurusan yang selalu aku idam-idamkan, FARMASI.

“Ambil saja beasiswa itu nala, saya percaya pada kamu, selama kamu mengabdikan diri kamu di pesantren Al-Anwar ini, saya tidak pernah mendengar  kamu bertingkah yang bukan-bukan.” Dawuh kyai irsyad di hadapanku.

Baca selengkapnya di sini

 

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait