Lomba Cerpen Santri 2018

Gercap-gercap Santri

| Rabu, 07/11/2018 18:53 WIB
Gercap-gercap Santri Dok Radarbangsa

Oleh: Putri Yassya

RADARBANGSA.COM - Bertahan....!!! Ayo bertahan Dino! Tanganku mengepal lemah dengan siku tegak menopang daguku serta kepala yang terangguk- angguk pasrah. "Oh tidak, aku sudah tidak tahan lagi menahan rasa yang menyiksa ini." Aku terus merengek dalam batin. Mataku sudah tidak mempunyai kekuatan super power untuk membelalak menghadap papan tulis dan mendengarkan pelajaran yang tengah di jelaskab ustad Bukhari. "Aduuhhh kantuk ini benar-benar telah menyebarkan virusnya." Aku benar benar ingin bersantai di dunia mimpi dalam lelapan tidur nikmat.

"Goncangan, goncangan apa ini." Aku merasakan goncangan di kakiku yang semakin lama bertambah besar goncanganya. Dan "PLAK" seseorang menghantam kakiku yang bertengger di atas sanggahan bawah mejah dengan keras. Yang membuat tupangan daguku patah dan daguku pun terbentur di atas permukaan meja  yang di akhri dengan ringisan kesakitan. "Aduuhhh" aku menjerit kesakitan sambil mengusap daguku yang tertancap rasa pedih. Masih mengusap daguku, seketika aku melayangkan tatapan tajam menghadap ke arah kananku. "Maaafkan aku Dino, kau tertidur, lihat lah kedepan ustad bukhari tengah menatapmu. Seperti tau maksudku yang ingin meminta keterangan padanya, Malikpun menjelaskan alasan ia menghantam kaki ku dengan kepala tertunduk dengan suara yang "Mungkin ia merasa tidak enak hati kepadaku atas perbuatanya. Entah lah." Akupun sejenak bergelut dengan pemikiranku ketika melihat Malik. "Tunggu-tunggu, ustad bukhari menatapku?, aku tertidur?" Menyadari ada sesuatu yang mengganjal dari pernyataan Malik, akupun baru ngeh dengan apa yang baru aku lakukan.

Kengehanku itu di iringi dengan mata terbelalak dan mulut mengangap. Ku putar leherku perlahan lahan menghadap kedepan. Di depan sana ku dapati raut wajah ustad Bukhari yang tanpa ada tanda-tanda kehidupan. "Bagaimana ini?" Di dalam hati . Aku bingung, aku takut . Bingung dengan apa yang harus aku lakukan , dan takut ustad Bukhari akan memberikan hadiah yang ingin ku tolak habis-habisan rasanya. " tenangkan dirimu Dino! Semuanya akan baik-baik saja. Aku mencoba menghibur hatiku yang di rundung gelisan. Kemudian akupun tersenyum gula membalas raut wajah ustad Bukhari. Yang sebenarnya senyum ku itu menyirat kekakuan dan ketakutanku yang jelas untuk memperbaiki suasana yang menegangkan ini.

Baca selengkapnya di sini

 

 

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait