Sejernih Hati Aisyah

Oleh: Istiqomah

RADARBANGSA.COM - Matahari telah menyongsong. Burung-burung berkicau dengan suara merdunya. Langit cerah nan biru. Tapi tak secerah hatiku.semua orang melakukan aktivitas masing-masing seperti biasanya.

 Siapa yang tak kenal dengan aisyah Gadis yang baru berumur 16 tahun. Gadis itu lusuh, hitam, gemuk, cacat, dan hatinya sebernih mutiara, dan ia memiki alis yang tebal membuat orang yang melihatnya terpana, dia berasal kalangan orang yang kurang mampu. Bapaknya bekerja seorang buruh, dan ibunya bekerja sebagai  ibu rumah tangga keliling. Dia sekarang tinggal di tengah-tengah pesantren AL-ANWAR yang diasuh oleh KH. FADLURRAHMAN. 

Gerimis hujan membasahi kawasan pesantrenku,setitik demi setitik air berjatuhan. Begitupun dengan ceritaku yang begitu deras dengan kepedihan.

10.00 WIB siang, aku sedang melakukan aktivitas layaknya dengan santriwati yang lain, tapi suara gemuruh perutku semakin berkecamuk. Aku tidak mungkin tidak mengikutinya, karena aktivitas ini yang sangat aku senangi sekaligus aktivitas ini baru saja dimulai, yaitu belajar metode AL-MIFTAH. Metode  salah satu jalan untuk bisa baca kitab  kuning.

Aku tahan perutku yang semakin gemuruh yang kini terdengar ke daun telingaku, dan ia minta diisi karena dari tadi pagi perutku kosong. Akhirnya jam sudah menunjukkkan pukul 11.00 wib, satu jam di dalam kelas untuk belajar metode AL-MIFTAH telah usai. Kini santriwati pulang ke pondoknya masing-masing.

Setelah ke pondok aku segera mengambil nasi, untung saja aku sudah nanak tadi pagi sebelum berangkat sekolah. Tak kusangka lauk-paukku sudah habis. Sekarang aku Cuma makan nasi dengan garam. Kecap pun sudah habis, Mau beli aku tak punya uang “ya Allah semoga saja aku bisa kenyang dengan makan garam ini, dan bisa memperkuat ibadahku denganmu” hatiku bagai di tusuk-tusuk dan air mata meleleh secara tiba-tiba.

Baca selengkapnya di sini