Lomba Cerpen Santri 2018

Berubah Berkat Kakek

| Rabu, 07/11/2018 20:14 WIB
Berubah Berkat Kakek Dok Radarbangsa

Oleh: Alif Mahfudzoh

RADARBANGSA.COM - Teng… Teng… Teng… Bunyi bel keramat itu mengejutkanku dari tidur malasku. Segera aku bangun dan memakai kerudung dan kemudian bergegas keluar kamar dan… ’’Plak!!” keningku menabrak jendela kamar sebelahku yang membuka. Aku pun tak pedulikan itu dan segera berlari menuju pintu keluar. Sayup sayup kudengar Ana meneriakiku dari luar “Bunga cepetan, ayo berangkat!!”. “Ya, sebentar!” sahutku tak kalah keras sambil berlari dengan membawa buku bukuku. Dalam hati aku merengek, aku tak mau lagi menerima takziran itu. Aku malu.. tapi aku sadar, itu semua juga kesalahanku sendiri. Aku sendiri yang malas berangkat diniyah dan malah merebahkan tubuhku di lantai kamar dan akhirnya aku ketiduran.

Sesampainya aku di luar pintu, kulihat tiga santri putra yang sedang berbaris di depan ndalem menghadap seorang ustad. Tak lama kemudian, ustadzah Ely menghampiriku. “Hemm. Bunga Sukma Husein, kamu lagi,kamu lagi. Baiklah, sekarang silahkan kamu menjalani kewajibanmu! Waktu perhitungan saya mulai dua menit lagi.” Aku hanya diam dan menunduk, kemudian ku pakai sandal dan berjalan ke depan ndalem dan di ikuti ustdazah Ely yang kemudian duduk di atas sebuah kursi di depanku. Inilah konsekuensi yang harus di jalani bagi santri yang terlambat masuk ke majlis diniyah setelah bel masuk kedua. Ini sudah ketiga kalinya aku berdiri di depan ndalem sambil membaca solawat nariyah hingga tiga puluh menit. Dan kali ini aku sendirian, tidak ada santri putri yang terkena takziran malam ini kecuali aku.

Adzan isya’ berkumandang, itu tandanya waktu takziran telah selesai. Aku pun bergegas ke ruang kelasku. Ana sudah menugguku didepan pintu karena ini memang sedang jam istirahat. “Bunga, Bunga. Kamu itu suka banget ya berdiri di depan ndalem, lama lama kamu bisa santri putri popular tau nggk karena keseringan takziran di depan ndalem. “ucap Ana dengan meledekku. Aku tak pedulikan dia, aku terlalu lelah. Aku langsung pergi ke tempat dudukku tanpa mengucap sepatah kata pun. Tak lama kemudian, pak ustad dating dan memeulai pelajarannya.

Tepat pukul 20:45 bel pertanda pulang telah berbunyi, semua santri pun pergi ke asramanya masing masing, berwudhu kemudian pergi ke musholla untuk berjamah isya’ dan tadarus al qur’an. Setelah itu, kami harus bersiap siap untuk kegiatan khitobah rutin yang di lakukan tiga kali dalam seminggu. Aku paling tak suka kegiatan ini. Tapi justru karena adanya kegiatan inilah, ibu dan kakekku memutuskan untuk memasukkan aku di pondok pesantren ini. Dari kecil aku paling tidak bisa tampil di depan orang banyak. Aku paling tak suka maju kedepan dan menjadi pusat perhatian banyak orang. Dan malam itu adalah jadwalku untuk berpidato. Sejak berangkat dari asrama hingga sampai di aula aku terus menggengam tangan Ana karena saking gemetarnya.

Baca selengkapnya di sini

 

 

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait