Lomba Cerpen Santri 2018

Teriakan Hati Tadfidz

| Rabu, 07/11/2018 20:27 WIB
Teriakan Hati Tadfidz Dok Radarbangsa

Oleh: Istiqomah

RADARBANGSA.COM - Disudut pelataran dunia bersorak berhambur membawa kitab, Riyadus sholihin.  Meski rasa kantuk rasa lapar masih berlayar tak mengurangi awal semangat pagi santri untuk bisa istiqomah mengaji.

Jadwal rutin yang telah ditetapkan dirasa musibah besar bagi kalangan santri baru, namun tidak bagi Cahaya yang begitu semangat mengikuti rutinitas kegiatan barunya di pondok.

“Cahaya , coba giliran kamu baca tanpa melihat terjemah “ pinta pak Rahmat,

Cahaya, hanya terdiam sambil memutar mutar pena hi-tec biru.

“ana mungkin santri baru itu bisa baca kitab tanpa harokat,membaca saja aku tak yakin diya bisa “

celetuk Fani ,yang tak suka dengan keberadaan cahaya yang dirasa telah merebut kepamoranya.

Bagai tersiram cabai merah pedih dan perih terasa, satu kata terindah dari fani, hingga rasanya ingin mendoakan yang jelek-jelek. Namun apalah daya fakta membenarkan dirinya belum bisa apa apa.Tanpa sepatah kata cahaya hanya terdiam.

“Fani, tolong jangan ulangi kata katamu tadi, Mata yang memandang remeh orang lain adalah Mata yang tak layak memandang Rasulullah “ kata pak rahmat mencoba menasihati fani.

Dibalik kaca mata hidung mancung kulit putih menyimpan sejuta tanya akan rahasia,cahaya yang sedari kecil terlahir prematur kini siapa menduga telah menyimpan hafal Qur’an sampai juz 6 Berjalan juz 7. Dari bungkus kardus seperti anak tikus dan tidak bernafas, bahkan dokter berputus asa cahaya tidak akan selamat, namun dengan keyakinan doa kedua orang tuanya memintak kepada orrang-orang alim agar putrinya bisa berdetak kembali jantungnya, usai dari rumah sakit bayi berukuran anak tikus itu di bawa pulang,, dengan sedikit tertes demi tetes air Alhamdulillah cahaya bernafas kembali.

Baca selengkapnya di sini

 

 

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait