Lomba Cerpen Santri 2018

Nadzoman dalam Samudra

| Kamis, 08/11/2018 17:47 WIB
Nadzoman dalam Samudra Dok Radarbangsa

Oleh: Dwi Rizki Pangestikah

RADARBANGSA.COM - “ Dalam kekurangan, Aku ingin tenggelam dalam bait-bait nadzoman, Kelemahanku adalah cara Allah memberi kemudahan’

Pernahkah engkau merasakan senang, banggga, sukses disaat kau berjihad menggapai dirimu? Ataukah merasakan sedih saat hanya kehampaan yang didapati? Jika iya, maka kemarilah, akan aku katakan jika semua rasa itu hanya akan menghantarkanmu pada suatu tujuan, engkau ragu? Jangan memutus jalanmu. Kemarilah dan dengarkan arahanku, duduk disampingku maka akan aku ceritakan sebuah kisah yang indah, yang akan membuat sudut bibirmu tertarik.

Kala itu semilir angin berhembus dengan lembut, bau tanah basah menusuk indra penciuman, terlihat hewan-hewan manis tengah menari diatas awan, sesosok pemuda berkemeja biru yang melihat hal itu, lantas tersenyum. Tangannnya terangkat diudara, hingga kupu-kupu cantik menghinggapi tangannya. “ sungguh suasana  yang sejuk dan segar” gumamnya dalam hati.

“zaidan” seru seorang pemuda dari belakang dengan lantang, pemuda berkemeja putih itupun menoleh dan mendapati lutfi, teman sekalligus pengurus asramanya sedang bersendekap. “apa yang kamu lakukan dengan kupu-kupu itu? Ayo kita harus ro’an ke ndalem”

Zaidan pemuda yang sedari tadi tenggelam dalam dunianya sendiri langsung terbelak. “ sekarang jadwal piket kita?”. “kamu kira apa? Sudahlah ayo cepat”  seru Lutfi. Sekali lagi dengan cepat Zaidan berlari mengambil sapu setelah melepas kupu-kupu yang bertengger ditangannya. Setibannya di ndalem mereka langsung melaksanakan tugas, Lutfi yang membersihkan dapur dan Zaidan ke lantai atas membersihkan kamar Mbah Yai. Ketika ia sedang membersihkan kolong ranjang, ia menemukan sebuah cerutu. Sepintas seyumnya terukir. Dengan cepat Zaidan menyimpannya dalam saku, saat dirinya berbalik, ia terkejut mendapati sang maha guru menatapnya dan tersenyum, sontak Zaidan pun langsung menunduk.

“tidak apa-apa” ucap Mbah Yai. Zaidan meringis. “ apa Mbah Yai tahu perbuatanku?” tak lama setelah itu Mbah Yai menyuruh Zaidan berdiri dan mendekat kearahnya, tubuh Zaidan bergetar. Hal yang paling tak pernah ia khayalkan berdiri disamping maha guru kini benar-benar terwujud.  

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait