Lomba Cerpen Santri 2018

Hoedjrah Khadidjah

| Kamis, 08/11/2018 18:09 WIB
Hoedjrah Khadidjah Dok Radarbangsa

Oleh: Nurul Mawaddah

RADARBANGSA.COM - Aku menyusun pakaian serta keperluanku satu persatu kedalam koper. Lalu sejurus kemudian melirik rintik hujan yang mengenai kaca jendela. Di dalam benakkku berkecamuk berbagai macam perasaan dan emosi. Aku memandangi album lusuh yang sekarang berada di pangkuanku. Di sampul depannya tertera nama angkatan yang cukup membuat jiwaku bergetar. Tanganku bergerak halus menyusuri  tulisan tersebut. 

“HOEDJRAH KHADIDJAH, ANGKATAN 17-18, TOEDJOEH  BELAS WANITA HEBAT” 
Aku tidak sabar untuk membuka lembaran selanjutnya.                                                                                                                                                                  
Foto pertama, 17 gadis remaja lugu berdiri menghadap kamera. Aku terlihat tersenyum di foto itu. Tinggi badanku saat itu tidak lebih pendek daripada sapu kamar yang gagangnya sudah patah sedikit. Gadis yang berada paling ujung sebelah kanan, Hamidah, dia berasal dari kota, kulitnya putih bersih, dia juga lumayan tinggi, seingatku, diantara kami semua dialah yang memiliki rambut paling bagus. Lalu ada nursiah dengan matanya yang sayu dan sikapnya yang sangat dewasa tapi dia takut kegelapan, Ia berparas manis dan bersuara lembut. Disamping kanan Nursiah ada Misna yang tampak cemberut, disekitaran matanya hitam seperti mata panda.

Misna berperawakan tinggi-kurus. kemudian Syamsiyah yang berasal dari daerah yang sama dengan Nursiah. dia tersenyum cantik. badannya tidak lebih kurus dari Misna, setelah itu ada Ratna Keumalahayati. Giginya jarang, orangnya juga baik. Disebelah Ratna berdiri Zulaikha, dia tersenyum penuh percaya diri, matanya bening sekali, setahuku  dulu, dia suka meracau tidak jelas jika sudah marah. Lalu ada Laila yang sangat kuingat rambut ikalnya, disebelah Laila ada Janiman yang berparas tionghoa. Kemudian Minah, dengan kerudung birunya, Ma’unah yang tersenyum malu-malu, Asiyah yang berperawakan tinggi-besar, kemudian Jamilah yang sungguh manis wajahnya. Dan yang berdiri paling ujung sebelah kiri, Asih yang jika kau melihatnya pertama kali maka mungkin kau akan mengira jika Asih adalah tukang jagal angkatan kami. 

Aku menghela napas, penerbangan akan dilakukan empat atau lima jam lagi. Didepan barisan yang tadi kusebutkan berdiri empat remaja yang mungil-mungil badannya. Paling ujung sebelah kiri, Siti Aman yang wajahnya sungguh lugu, lalu Ummiyah yang tingginya lebih kurang sama denganku, lalu Aku, kemudian Wardiyah yang sangat putih dan cantik. Aku membaca tulisan yang terpampang di sisi kiri foto lawas itu”akan selaloe bersama”. 

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait