Lomba Cerpen Santri 2018

Kado Syahadat di Akhir Hayat

| Senin, 26/11/2018 17:00 WIB
Kado Syahadat di Akhir Hayat Dok Radarbangsa

Oleh: Elsa Agustiani

RADARBANGSA.COM - Aku tak lagi mempedulikan segala peraturan atau hukuman apa yang nantinya akan kuterima, yang ada di fikiranku sekarang adalah bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari sini. Aku memandang pagar yang menjulang tinggi di hadapan. Di setiap ujungnya terdapat kawat besi tajam yang telah memakan banyak korban. Jika aku memanjat, tentu akan memakan waktu yang cukup lama. Mengingat bahaya dan durasi waktu yang singkat—sebelum Ustaz Furqon menyadari aku tak berada di mesjid untuk mengaji kitab kuning kemudian mencariku ke sini—aku memaksa memutar otak.

Aku memandang tepat ke arah parit di bawah pagar, tempat dulu aku biasa memancing ikan bersama santri-santri lainnya ketika ada waktu luang. Dulu, parit itu adalah saluran untuk membuang air dari kamar mandi asrama menuju sungai terdekat. Tapi sekarang, semenjak asrama dipindahkan ke sebelah selatan pondok pesantren ini, parit itu tidak terpakai lagi. Karena belakangan ini sedang musim kemarau, tanah di bawahnya pun menjadi kering.

“Huffshhh!” dengusku membuang nafas kasar. Pikir punya pikir akhirnya aku memutuskan untuk kabur lewat parit itu. Meskipun agak licin dan berbau, kubulatkan tekad agar kemerdekaanku terselamatkan. Bersamaan dengan aku yang mulai melompat ke bawah, aku mendengar suara seseorang yang memanggil namaku dengan lantang.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen , PKB ,

Berita Terkait