Gus Dur, Maldini dan Kepemimpinan

| Sabtu, 05/08/2017 10:35 WIB
Gus Dur, Maldini dan Kepemimpinan
SEORANG pemimpin dituntut lebih dari sekadar statusnya menjadi leader bagi anggotanya. Jauh melebihi itu, pemimpin harus bisa bersikap lebih dewasa, mampu meredam emosi – baik dirinya maupun anggotanya. Hal terpenting lagi adalah, pemimpin mampu membaca kemampuan para anggotanya. Sehingga keputusan yang diambil benar-benar tepat sasaran. Sedarhananya, pemimpin mampu membaca keadaan dengan sekian pertimbangan yang matang. Sebagai pecinta permainan si kulit bundar, pastinya kita tidak lupa dengan klub asal Italia, AC Milan. Sebuah klub Serie A yang pernah dihuni oleh para pemain kelas wahid seperti Andrea Pirlo, Paolo Maldini, Clarence Seedorf, Serginho, Hernan Crespo – untuk menyebut beberapa contoh saja. Pada era itu, Milan merupakan tim dengan kekuatan besar di kancah persepakbolaan Eropa. Maldini sebagai kapten di lapangan mampu menjadi sosok yang luar biasa dalam skuad Milan. Saat AC Milan kontra Juventus (29 Oktober 2005), kepemimpinan sang kapten benar-benar diuji. Kala itu, tepatnya di ruang ganti terjadi cek-cok antar pemain dan sang pelatih, Carlo Ancelotti. Cek-cok pemain tentang eksekutor tendangan bola mati itu tidak menemukan titik temu. Saat itu, Seedorf dan Serginho sama-sama merasa pantas dan paling berhak menjadi eksekutor tendangan bebas. Akhirnya, Ancelotti membiarkan keduanya dan menyerahkan semuanya di lapangan hijau. Kejadian mencengangkan pun tersaji saat klub besutan Ancelotti mendapat hadiah tendangan bebas. Eksekusi tendangan bebas itu tidak dieksekusi oleh salah satu pemain yang bersitegang saat di ruang ganti, Seedorf dan Serginho. Justru sang eksekutor saat itu adalah Andrea Pirlo, sang jenderal lapangan klub berjuluk i Rossoneri tersebut. Keputusan mencengankan itu adalah saat sang kapten mengambil bola lalu memberikannya kepada Pirlo. Publik semakin dibuat tercengang setelah sepakan bola mati Pirlo mampu merobek jala Juve. Hingga saat ini, Pirlo dikenal sebagai maestro eksekusi bola mati. Gol tersebut pun mampu membawa i Rossoneri menang atas Nyonya Tua, sebutan untuk Juventus. Ya, kemenangan itu tak bisa dipungkiri karena peran sang kapten (Maldini) dalam memimpin rekan setimnya di lapangan hijau. Dari momen itu kita bisa belajar bagaimana menjadi pemimpin yang lebih dari sekadar leader seperti yang telah dilakukan Maldini. Dalam kepemimpinan bangsa Indonesia, kita mungkin tidak asing dengan sosok nyentrik penuh tawa, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Sosok yang telah mampu menjadi inspirasi para generasi muda bangsa ini. Seperti kita ketahui bersama, saat Gus Dur menjadi nahkoda Indonesia. Keputusan yang dilakukan kerap menuai kontroversi bagi publik. Namun, apa yang beliau lakukan selalu bisa dipertanggungjawabkan. Laiknya Maldini, Gus Dur telah menjadi pemimpin yang mampu membaca kemampuan orang-orang dan dijadikan partner di era kepemimpinannya berlangsung. Ada banyak nama muncul saat beliau menjabat presiden, yang itu di luar prediksi pada umumnya. Tak heran, jika beberapa orang menilai bahwa Gus Dur ngawur dalam memimpin bangsa ini. Contoh sederhana yang bisa diambil adalah, saat beliau mengangkat Mahfud MD sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Padahal, latar belakang Mahfud MD adalah akademisi yang kemudian terkenal sebagai tokoh ahli Hukum Tata Negara (HTN). Artinya, Mahfud sama sekali tidak punya pengalaman tentang bagaimana nanti mengatur pertahanan Negara. Tapi apa yang terjadi, kinerja Mahfud MD tak seburuk yang kita bayangkan. Sepeti disampaikan Gus Dur saat memintanya untuk menjadi Menteri. Bahwa yang terpenting adalah soal keberanian semata. Di masa Mahfud MD menjadi Menhan, bisa dikatakan Negara Indonesia masih dalam keadaan utuh. Tidak ada kelompok yang mampu merongrong keutuhan Negara tercinta ini. Di sini lah kita bisa belajar bagaimana seorang pemimpin yang baik, pemimpin yang mampu membaca potensi anggotanya. Bukan hal yang bermuluk jika kita mengambil pelajaran penting dari sepak bola. Terkhusus, saat Maldini dipercaya mengemban ban kapten Milan. Bukankah di kepemimpinan Maldini telah terbukti dengan suksesnya Milan meraih berbagai macam gelar, baik lokal, nasional, maupun internasional. Perlu diketahui bersama, dalam hal ini penulis tidak serta merta menyamakan antara Gus Dur dan Maldini. Keduanya tetap berbeda, dan berada dalam ruang lingkup kepemimpinan yang sepenuhnya tidak sama. Gus Dur seorang Prisiden Republik Indonesia, sedang Maldini adalah kapten kesebelasan Merah Hitam, julukan lain AC Milan. Namun, dari keduanya kita bisa mengambil pelajaran yang sama-sama penting. Yakni; bagaimana menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang tidak hanya membesarkan dirinya pribadi. Seorang pemimpin yang tidak merasa besar karena jabatannya. Seorang pemimpin yang hanya memanfaatkan jabatannya semata. Serta seorang pemimpin yang tidak bisa mengolah potensi anggotanya. Ya, pemimpin yang kita butuhkan adalah pemimpin yang mampu berbaur dengan rakyat. Seorang pemimpin yang mampu mengeluarkan keputusan berdasarkan kepentingan orang banyak. Seorang pemimpin yang memiliki loyalitas tinggi dan kedewasaan dalam menyikapi setiap masalah yang hadir, baik itu bersifat internal maupun eksternal. Nah, bukankah keduanya terbukti dengan kepemimpinannya masing-masing. Gus Dur telah membuktikannya saat beliau menjabat sebagai orang nomor satu di Republik ini. Bahkan dalam kurun waktu yang sebentar, tercatat tidak sedikit perubahan yang telah ditorehkan semasa kepemimpinannya. Hingga tiba waktunya, Gus Dur dilengserkan secara sepihak oleh rival politiknya. Namun demikian, torehan beliau masih tetap akan dikenang di bangsa ini. Begitu pun Maldini, telah menorehkannya saat dirinya dipercaya menjadi kapten di atas lapangan hijau. Di era kepmimpinannya, Maldini telah mempersembahkan berbagai trofi untuk AC Milan – Liga Champions (5), Serie A (7), Piala Dunia Antar Klub (2), Piala Super Itali (5), Copa Italia (1), dan Piala Super Eropa (5). Hingga akhirnya, dalam sepak dunia sepak bola, Maldini adalah legenda. Lantas, adakah pemimpin hari ini, laiknya keduanya? Sejarah yang akan menjawabnya. Nah, di momen Hari Lahir Gus Dur ini menjadi penting bagi kita semua untuk meneladani kepemimpinannya. Sebagaimana Gus Dur ajarkan, menjadi pemimpin berarti merelakan hidupnya untuk kemaslahatan umat. Selamat hari lahir, Gus. Biarkan kami merayakan kelahiranmu seraya membaca kembali humor-humor cerdasmu.   ABDUL RAHMAN WAHID
Tags :