Kemnaker Paparkan Tantangan Sektor Ketenagakerjaan Era Revolusi Industri 4.0

| Selasa, 24/09/2019 15:35 WIB
Kemnaker Paparkan Tantangan Sektor Ketenagakerjaan Era Revolusi Industri 4.0 Dirjen Binalattas Kemnaker RI Bambang Satrio menjadi narasumber dalam Diskusi Revolusi Industri di ruang Tripartit, Kemnaker, Jakarta, Senin (23/9). (Foto: twitter @kemnakerRI)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Bambang Satrio Lelono mengatakan angkatan kerja, bonus demografi, dan era revolusi industri 4.0 dinilai menjadi tiga tantangan utama saat ini di sektor ketenagakerjaan Indonesia.

Hal itu dipaparkan langsung Bambang saat menghadiri acara Diskusi Panel dengan Tema Menyongsong Revolusi Industri 4.0 melalui Pelatihan Vokasi: Perkuat Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) di Ruang Tripartit Kemnaker, Jakarta, Senin, 23 September 2019.

“Saat ini ada 136,18 juta angkatan kerja Indonesia. Sebesar 129,36 juta atau 94.99 persen di antaranya bekerja. Namun, ada 6,82 juta atau 5,01 persen lainnya masih menganggur. Angka penganggur tersebut menurut sebesar 50.000 orang dari tahun sebelumnya,” jelas Bambang.

Meskipun demikian, lanjutnya, Indonesia tidak boleh berpuas diri dengan penurunan angka pengangguran tersebut. “Masih banyak pekerjaan yang harus dikejar. Salah satunya adalah tantangan kedua ketenagakerjaan Indonesia, yakni bonus demografi di masa mendatang,” ujarnya.

Baca Juga: Kemnaker: Revolusi Industri 4.0 Merubah Aspek Ketenagakerjaan secara Ekstrem

Bambang menuturkan, harus ada upaya dari negara untuk melakukan investasi di bidang-bidang tertentu untuk memaksimalkan bonus demografi. “Pertama, bidang kesehatan untuk mendukung lahirnya anak-anak sehat dan kuat, bidang pendidikan dan keterampilan guna mendorong kualitas anak bangsa, serta bidang ketenagakerjaan,” paparnya.

Menurutnya, iklim ketenagakerjaan haruslah fleksibel. Selain itu bidang ini pun mesti merespons perkembangan tren terkini terkait industri.

“Jangan sampai bonus demografi ini berubah menjadi bencana demografi karena ketidaksiapan negara dalam memanfaatkan momen,” imbuhnya.

Tantangan ketiga, lanjut Bambang, adalah hadirnya era revolusi industri 4.0. Era ini diakuinya memiliki perubahan yang eksponensial yang banyak mengubah karakter bangsa.

Adapun karakter yang dimaksud adalah karakter bermasyarakat, bernegara, dan industri. Untuk melakukan transformasi pasar kerja yang dinamis, pemerintah harus menyusun rencana transformasi per sektor.

Ambil contoh sektor industri otomotif. Meskipun saat ini Indonesia sudah bisa memproduksi mobil, tapi ke depannya akan tidak relevan secara terus-menerus. Sebab, di masa mendatang mobil konvensional akan tergantikan oleh mobil listrik.

Tags : Kemnaker RI , Revolusi Industri , Tenaga Kerja , Indonesia

Berita Terkait